Dibalik gencarnya penanganan permasalahan air yang terjadi di Desa Sidetapa, tersimpan sebuah permata yang perlu dieksplorasi oleh masyarakat luas, yaitu potensi anyaman bambu. Bamboo Corner Handycraft, hadir di tengah masyarakat Sidetapa menjadi wadah penyalur daya cipta dan asa bagi setiap tangan – tangan kreatif yang giat merajut hasil bumi
Daya cipta dan buah pikiran dari masyarakat tak kalah menarik dari desa lainnya. Sebuah bagian dari Desa Bali Aga, Sidetapa yang terletak di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng ini menyimpan potensi dan kreativitas yang patut menjadi sorotan publik.
Tepat di Banjar Dinas Delod Pura, batas banjar dari Desa Sidetapa, sebuah kelompok pengrajin anyaman bambu berkumpul dan membentuk sentral kerja yang disebut dengan “Bamboo Corner Handycraft” atau Sentral Kerajinan Bambu hadir di tengah masyarakat Sidetapa. Suguhan pemandangan kerajinan anyaman bambu menjadi daya tarik utama ketika berkunjung ke tempat produksi kerajinan anyaman bambu dari kelompok ini. Putu Dendi Saputra, penemu dari kelompok anyaman bambu tersebut menceritakan awal mula terbentuknya “Bamboo Corner Handycraft” ini.
“Sudah menjadi kebudayaan kita di masyarakat Sidetapa yaitu budaya menganyam bambu dan menghasilkan produk bambu di Buleleng. Nah, untuk kerajinan bambu ini dulunya masyarakat masih bekerja secara pribadi atau masih dalam industri rumah tangga. Jadi, pengerjaan dan penjualan bambu itu masih di rumah masing-masing belum ada yang namanya sentral kerajinan. Nah, untuk Bamboo Corner kita baru dirikan ditahun 2020 sebagai unit usaha dan pemberdayaan dari divisi program English community,” ungkapnya.
Bamboo Corner Handycraft merupakan program rintisan dari English Corner Community yang merupakan komunitas sosial yang dibentuk pada 19 Januari 2019. Komunitas yang mulanya bergerak di bidang pendidikan kemudian merambah ke pengembangan masyarakat. “Dulu saya bekerja di hotel bersama teman-teman yang mengelola komunitas ini jadi, karena Covid kita diliburkan pulang kampung ke desa. Dari hasil pemikiran dan sentuhan dari PLN yang support program kita jadi, kita bentuk divisi unit usaha dan pemberdayaan karena melihat potensi kerajinan Sidetapa itulah yang kita angkat,” ungkap Dendi ketika mengingat kembali momen terbentuknya Bamboo Corner. Kelompok yang telah diresmikan pada tanggal 7 Oktober 2020 tersebut kini telah berhasil menjadi wadah bagi 25 pengrajin anyaman bambu di Desa Sidetapa.
Masyarakat yang telah memiliki bekal keterampilan dalam menganyam, menyambut antusias kehadiran dari komunitas tersebut di tengah-tengah mereka. Tidak hanya Perekonomian, pengrajin anyaman bambu juga terbantu dengan kehadiran Bamboo Corner yang membantu dalam proses pemasaran dan distribusi.
“Untuk produk bambu yang ada di Sidetapa seperti keranjang, kukusan, anyaman itu sudah masuk ke pasar lokal, warung – warung eceran, supplier itu sudah banyak, jadi habis diproduksi diambil dijual lagi dan untuk anyaman kreatif berupa dekorasi kita market-nya hotel, villa, warung angkringan, artshop, buying agent, tamu asing yang berkunjung,” tambahnya. Seiring dengan pemasaran yang makin meluas, Bamboo Corner bersama dengan pengrajin mulai mengembangkan produk – produk anyaman lainnya mulai dari lampion, keben, kursi, tas dan juga home decore lainnya.
Banyaknya produk anyaman bambu yang beredar di pasaran turut membangkitkan semangat pengrajin anyaman bambu di Desa Sidetapa untuk terus berinovasi melahirkan produk baru yang berbeda dari produk lain. Dendi menuturkan, ciri khas dari produk Sidetapa dapat dilihat dari bentuk anyaman serta spesialisasi anyaman bambu yang dibuat. “Desa lain seperti Tigawasa (red – nama desa) ada namanya spesialis keben. Kebennya itu dia motifnya anyaman bervariasi, kemudian kalau di sini beda dia ga bisa meniru seperti itu kita skillnya motif lampu gitu. Dari segi anyaman yang membedakan banyak jenis anyaman bambu,” tutur Dendi.
Kendati demikian dalam upaya peningkatan perekonomian berupa Unit Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seringkali menemui kendala dalam menjalankan usahanya, termasuk kelompok Bamboo Corner ini. Dendi selaku founder menjelaskan bahwa kendala yang umum dijumpai ada pada faktor sumber daya manusia, seperti kesiapan pengrajin dan daya saing harga produk yang masih belum bisa stabil. Terlebih saat ini UMKM sedang digencarkan untuk dapat merambah ke pasar internasional, kelompok Bamboo Corner juga berupaya untuk dapat menjaga kualitas, kuantitas dan kerapian produk sehingga tetap memiliki daya saing.
Mengakhiri wawancara, Dendi berharap untuk Bamboo Corner yang telah dirintis sejak 2020 tersebut kedepannya dapat menjaring lebih banyak daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Sentral Kerajinan Bambu. “Harapan saya ke depannya untuk Bamboo Corner yaitu banyak peminat yang mau terjun langsung melihat dan membeli produk bambu dan juga kita tetap berupaya untuk mengembangkan produk-produk kerajinan dimana nantinya agar kita secara mandiri atau dari kelompok Bamboo Corner ini bisa secara langsung untuk tembus ke pasar ekspornya, dan secara bertahap bisa nantinya secara langsung memasarkan produk kita keluar bukan lewat agen lagi”, tutup Dendi.
Reporter: Ade, Ayu, Dayu, Tirta, Zaka, Sarah, Tami, Dyah
Penulis: Ayu, Dayu
Penyunting: Sandi, Gangga