Aksi dari Gerakan Rakyat Bali Tolak Kenaikan Harga BBM yang dimulai sejak Senin (26/3) di depan kampus Universitas Udayana, Jalan Sudirman- Denpasar itu digelar dengan konsep panggung rakyat. Aksi ini dimulai dari pukul 15.00 hingga 22.00 malam setiap harinya selama tiga hari berturut-turut. Peserta aksi juga membuka posko untuk mengajak masyarakat berdiskusi mengenai rencana kenaikan BBM dengan pembicara dari pakar-pakar hukum seperti dari LBH.
Berdasarkan hasil pantauan reporter Akademika pada Selasa (27/3), peserta aksi dalam panggung rakyat itu diikuti oleh tidak lebih dari 50 orang. Belasan aparat dari kepolisian juga dikerahkan untuk mengamankan aksi tersebut. Aksi yang rencananya dimulai dari pukul 15.00 WITA itu sampat molor karena persiapan dari peserta aksi.
Panggung rakyat sore itu dimulai dengan orasi oleh beberapa peserta aksi. Salah satu orasi dari peserta aksi dengan tegas menolak kebijakan pemerintahan SBY yang menaikkan harga BBM 1 April mendatang. Kebijakan pemerintah SBY itu dianggap sebagai awal dari kematian bangsa Indonesia. Mereka meresahkan apabila harga BBM benar-benar naik maka harga kebutuhan bahan pokok akan ikut naik. Hal ini tentu merugikan rakyat kecil.
“Belum naik saja (BBM – red) harga kebutuhan bahan pokok di beberapa daerah sudah melambung. SBY rezim anti rakyat,” seru salah seorang peserta panggung rakyat dalam orasinya.
Tidak hanya orasi, panggung rakyat yang diprakarsai oleh BEM PM Universitas Udayana sebagai koordinator BEM se-Bali ini juga menggelar pentas seni sederhana berupa pembacaan puisi, teatrikal, dan melantunkan beberapa lagu kerakyatan.
Korlap aksi, Elbinsar Purba yang juga menjabat sebagai Presiden BEM PM Universitas Udayana mengungkapkan panggung rakyat ini tidak bersifat sekadar aksi penolakan, tetapi turut mengajak segenap rakyat untuk berdiskusi bersama, menambah wawasan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
“Panggung rakyat ini selain untuk menolak kenaikan BBM juga bertujuan untuk mengajak masyarakat berdiskusi, menyampaikan aspirasinya di posko yang kami buka. Ini sangat penting, apa lagi banyak mahasiswa yang mengkritisi kebijakan ini tetapi tidak mau mengeluarkan aspirasinya secara langsung. Untuk itu, saya berharap agar teman-teman mahasiswa turut turun menyampaikan aspirasinya dalam panggung rakyat ini,” pungkas Elbin penuh harap. (Surya & Dhamma)