Persoalan keuangan Unud yang berlarut-larut menghambat kegiatan UKM dan BEM secara praktis. Banyak UKM dan BEM bingung karena acara mereka harus berjalan sedang Rektorat tak juga mencairkan dana. Tapi BEM-PM Unud tak mau menyerah begitu saja. Jejeran nasi jingo dan air mineral lah yang memberikan asa bahwa lomba Musikalisasi Puisi SMA se-Bali dapat terlaksana.
“Ini adalah bentuk protes kami sekaligus menggalang dana untuk acara kami di bulan ini (red. Mei)” ujar Nohan Doyobi, salah satu menteri BEM Unud. Menggelar dagangan adalah hal pertama yang mereka pikirkan untuk mensukseskan program kerja BEM-PM. Jangan bayangkan warung tenda dengan bangku panjangnya. Warung nasi jingo milik BEM-PM justru sekilas terlihat sama dengan pedagang nasi Jinggo yang berjejer di kampus SUdirman. Spanduk yang tak terpakai menjadi alas duduk. Dan meja kecil tempat menjajarkan dagangan mereka berada di lini depan. Hanya bedanya, bendera kebesaran BEM-PM Unud menjadi ikon menyedihkan disana. Betapa ironisnya, megahnya Kampus Sudirman Unud tak menjamin kegiatan mahasiswa berjalan lancar.
Dengan membandrol harga nasi Rp2.500 per bungkusnya, BEM-PM berharap dapat mengumpulkan dana untuk menyelenggarakan acara. Sayangnya Rektor yang juga sempat diundang untuk menyicipi nasi jingo mereka, justru bereaksi negative. “Iya kata Rektor, beliau malu punya mahasiswa jualan nasi jingo. Kita disuruh stop jualan. Ga mau kita!” ungkap Adji Prakoso, Presiden BEM-PM Unud sambil tertawa getir. Alhasil sudah 10 hari mereka menempati trotoar kampus sudirman. “Warung ini akan ada sampai mereka (rektorat) mau mencairkan dana yang sudah dijanjikan,” tegas Krisna Murti, wakil presiden BEM saat ditanya sampai kapan warung ini akan berdiri.
Tak mudah bagi mereka untuk bertahan selama ini. Entah bagaimana mereka membagi orang. Yang jelas setiap jam 7 malam warung sederhana ini sudah siap melayani pembeli. Dan, hingga hari ini mereka telah mengantongi Rp1.100.000 dari Rp4.000.000 minimal yang mereka butuhkan. Adji pun hanya bisa meringis saat protes ini tak digubris Rektorat yang mengaku mahasiswa adalah anaknya. Dan ia pun hanya bisa bernyanyi di malam itu “Mau di bawa kemana hubungan kita….jika kau terus menunda-nunda…dan tak pernah nyatakan cinta…”(otw)