Labirin Orientasi Mahasiswa Baru: Praktik di dalam Batas – Batas Tembok Tinggi

Pelaksanaan PKKMB Tahun 2022 di Universitas Udayana telah resmi terlaksana selama dua hari. Namun, euforia akan megahnya tanggung jawab ‘Maha’ atas ‘Siswa’ tersebut tak menutupi cerita bagaimana PKKMB Unud 2022 dapat sampai di titik tersebut. Kini, bak berjalan menyusuri labirin yang dikelilingi tembok tinggi, pelaksanaan orientasi telah terlaksana dengan penuh batas dan kehati – hatian. 

 

Momentum penerimaan mahasiswa baru tidak dapat dilepaskan dari rangkaian orientasi yang diselenggarakan dengan tujuan penyambutan dan pengenalan kehidupan kampus. Jika menilik dari sejarahnya, kegiatan orientasi mahasiswa di Indonesia sudah berlangsung sejak masa penjajahan Belanda di tahun 1898.

Saat ini, Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau yang karib disebut Ospek umumnya mencakup pengenalan sistem pendidikan perguruan tinggi, program kampus, dan seluk beluk kampus guna memberikan bekal awal bagi mahasiswa baru saat menjajaki jenjang baru yaitu Perguruan Tinggi. 

Napak Tilas Perjalanan Orientasi Mahasiswa Baru di Universitas Udayana

Apabila menapak kembali ke belakang, masa orientasi mahasiswa baru di Universitas Udayana mulanya belum memiliki identitas atau penamaan tersendiri hingga pada tahun 2002, Universitas Udayana mulai menyematkan istilah “Gempita” atau Gema Penerimaan Intelektual Muda sebagai bentuk tolak ukur identitas masa orientasi mahasiswa baru di Universitas Udayana. Dengan waktu penyelenggaraan selama kurang lebih seminggu yang dikemas dengan pengenalan dan pemberian berbagai materi seputar kehidupan kampus, Gempita seolah membawa angin segar bagi iklim orientasi di Udayana. 

Tak berselang lama, Gempita sebagai identitas dari kegiatan orientasi di Unud kembali beralih nama, hal tersebut berdasar atas adanya desas-desus perpeloncoan yang masih membalut pelaksanaan orientasi pada saat itu. Berbagai pro dan kontra juga mulai menyeruak di kalangan mahasiswa, sehingga pihak Rektorat memutuskan untuk mengeluarkan SK Rektor pada tahun 2007 tentang penggantian format nama Gempita dengan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). 

Seiring perjalanannya, pelaksanaan orientasi terus mengalami transformasi dan pembenahan hingga pada akhirnya, satu rangkaian muncul untuk menyertai PKKMB yaitu bernama Student Day Universitas (SDU).  Kegiatan SDU muncul dengan mengusung konsep yang berbeda dengan PKKMB, kegiatan ini berfokus pada pengenalan kehidupan kampus dari segi kemahasiswaan. Nilai-nilai kemahasiswaan ditanamkan dengan pemberian materi berupa pengembangan soft skill dan hard skill, organisasi kemahasiswaan, hingga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Hingga tahun 2021, rektorat serta mahasiswa terus bersinergi untuk menciptakan ruang pengenalan sesuai dengan porsinya masing-masing, rektorat dengan PKKMB dan mahasiswa dengan SDUnya. 

Dimulai dari Struktural, Desas – Desus Penggabungan yang Mulai Terasa oleh Mahasiswa 

Pandemi covid-19 yang melanda pada tahun 2020 tak menyurutkan dinamika dari pelaksanaan orientasi mahasiswa pada saat itu. Namun, hal tersebut justru menambah tantangan panitia pelaksana dalam mempersiapkan kegiatan pengenalan tersebut. Segala aktivitas yang dibatasi akibat pencegahan penyebaran virus, juga mengalihkan penyelenggaraan kegiatan orientasi mahasiswa ini menjadi daring, “Bisa dibayangkan sebelumnya tidak pernah membuat acara secara online dan tiba-tiba harus berubah itu benar-benar menguras otak banget,” ujar Muhammad Novriansyah Kusumapratama selaku ketua panitia pelaksana Student Day Universitas Udayana tahun 2020. 

Dibalik penyesuaian kegiatan yang menjadi daring tersebut, tercium desas – desus penggabungan dua kegiatan yang sudah terselenggara terpisah cukup lama itu. “Memang pada akhirnya dari rektorat sendiri semacam ikut campur, tapi sisi parahnya rektorat ingin setiap mahasiswa baru sudah didoktrin, dengan catatan bahwa di setiap kegiatan kita tidak boleh menekankan pada hal aksi, demonstrasi, dan sebagainya. Nah itu yang membuat rektorat masuk dalam struktural,” ungkap mahasiswa yang akrab disapa Ansyah itu. Ia juga menambahkan bahwa walaupun koordinasi senantiasa dilakukan dengan rektorat, tetapi terkadang terdapat beberapa hal penting yang diputuskan secara sepihak. 

Kondisi tersebut juga dirasakan oleh Krisna Yoga selaku ketua panitia pelaksana SDU di tahun 2021 lalu, “Sebenarnya di tahun lalu gitu rektorat sudah mulai masuk di Student Day secara strukturalnya, masuknya gak hanya di rektorat aja sampai ke WD masing-masing fakultas masuk ke struktural kemahasiswaan namanya, menjadi koor-koor tahun lalu gitu,”  ucap Krisna pada wawancara Sabtu (23/7). 

Bukan tanpa alasan, Krisna Yoga menuturkan hal tersebut ia akui berdasarkan struktural kepanitiaan SDU di tahun tersebut, “Iya bahkan sebenarnya kalau bicara sesuai struktural aku gak masuk bagian dari ketuanya kalau secara SK. SK rektorat aku masuk dalam bidangnya, ada bidang-bidangnya,” ungkap Krisna Yoga. Diketahui perubahan pelaksana struktural dalam kepanitiaan orientasi tersebut, berdasar atas dikeluarkannya Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 0387/E/TM.02.00/2021 pada tahun 2021. Surat tersebut memuat agar pelaksanaan masa orientasi mahasiswa baru harus menjadi tanggung jawab pimpinan Perguruan Tinggi, sedangkan unsur lainnya seperti dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa ikut membantu pelaksanaan kegiatan. 

Bercerita– Krisna Yoga menceritakan kondisi SDU di tahun 2021 Pada wawancara Sabtu (23/7)

Tak sampai disitu, Krisna Yoga menambahkan bahwa ketidaknyamanan akan penyelenggaraan tersebut juga muncul menghiasi rangkaian SDU tahun sebelumnya. Hal tersebut dirasakan oleh panitia pelaksana, tatkala lagu kemahasiswaan yang dikumandangkan oleh pihak panitia diminta untuk diberhentikan secara mendadak, “Iya, memang dari tahun lalu lumayan. Itu kalau kita setel lagu tentang kemahasiswaan sempat dipermasalahkan tahun lalu, sampai disuruh berhenti. Itu dah pasti tetap ribut pasti. Ribut sama pihak rektorat masalah itu,” tutur Krisna Yoga  

Jalan Berliku Mempertahankan Panggung Kemahasiswaan “Student Day Universitas” 

Puncak prahara mulai terasa pasca PKKMB dan SDU secara resmi digabungkan. Dinamika dan audiensi dilakukan oleh mahasiswa untuk menyalurkan aspirasi mereka terkait dua kegiatan dengan fokus berbeda digabungkan menjadi satu dan tentu saja memperjuangkan eksistensi dan pengadaan Student Day Universitas itu sendiri. 

Hal tersebut berdasar atas terbitnya buku Panduan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi mengenai Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun 2022, yang menyatakan bahwa kegiatan PKKMB dilaksanakan oleh perguruan tinggi merupakan tanggung jawab dari pimpinan perguruan tinggi sehingga tidak dibenarkan bila ada perguruan tinggi yang menyerahkan kegiatan secara penuh kepada peserta didik senior tanpa adanya pendampingan, monitoring dan evaluasi. Penggabungan tersebut diperkuat dengan terbitnya Surat Edaran Nomor 8/UN14/SE/2022 oleh Rektor Universitas Udayana yang menjelaskan pelaksanaan PKKMB akan melibatkan seluruh civitas akademika yaitu dosen, tenaga pengajar, dan mahasiswa. 

Lebih lanjut, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan turut membenarkan dan menegaskan hal yang menjadi latar belakang peleburan tersebut, “Jadi sesuai dengan surat dari Dirjen Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi -red) yang dilengkapi dengan buku panduan tentang PKKMB 2022, sebenarnya dasar kita untuk melakukan peleburan, kemudian diikuti dengan SE Rektor, tapi sebelum SE Rektor itu pun kan kita harus berkomunikasi dulu dengan Bidang Akademik WR I, karena WR III kan berbeda ini, WR III ini khusus SDU-nya, WR I adalah PKKMB-nya. Nah berdasarkan itulah kita menggabungkan ini ya, karena di panduan itu jelas disampaikan bahwa yang ada itu hanya PKKMB, tidak boleh Perguruan Tinggi membuat interpretasi yang berbeda selain itu. Karena nantinya akan mengakibatkan perpeloncoan dan lain sebagainya. Itu poin pentingnya sebenarnya, sehingga dari situlah kita gabungkan ini PKKMB dengan Student Day,” tutur Ngakan Putu Suardana selaku Wakil Rektor  III Bidang Kemahasiswaan Universitas Udayana pada wawancara  Rabu (9/8). 

Senada dengan pernyataan Ngakan Putu Suardana, I Nyoman Aryawibawa selaku Ketua Panitia PKKMB di tahun 2022 mengungkapkan bahwa saat ini tidak ada Student Day, tetapi namanya PKKMB. “Namun, masih ada kegiatan terkait unsur kegiatan kemahasiswaan, UKM, Ormawa, jadi digabung. Nah kepanitiaan sesuai buku panduan itu, memang ketua sama wakil dipilih oleh pimpinan Universitas dengan pertimbangan apa, saya sendiri juga tidak tahu. Saya ditugaskan jadi saya jalankan. Nah panitianya sesuai PKKMB kementerian, kolaborasi antar dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, jadi tidak diizinkan satu pihak saja dan itu sudah kita lakukan baik dari penyusunan rundown dengan panitia, sesi-sesi di SK,” imbuhnya ketika ditemui di ruangan Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya pada Kamis (21/7). 

Ketua PKKMB 2022– I Nyoman Aryawibawa menuturkan dasar penggabungan SDU ke dalam PKKMB berdasarkan buku panduan kementerian. Pada Kamis (21/7)

Valleryo, selaku ketua panitia pelaksana kegiatan sekaligus koordinator PKKMB 2022 dari mahasiswa turut menyampaikan bahwa dari pihak mahasiswa telah mengadakan audiensi berkenaan dengan penggabungan tersebut yaitu pada tanggal 20 Juni 2022 dan berlokasi di UPO USCC Agrokompleks, “Yang pertama dibahas itu adalah terkait dengan penggabungan itu kan, dikasih statement dari mereka. Itu di situ dia bilang kalau misalkan penggabungan ini dikarenakan ada arahan dari Kemendikbud terkait dengan orientasi mahasiswa yang harus ada di bawah pengawasan perguruan tinggi dan jajaran, jadi gitu. Lalu yang kedua statement kedua itu adalah untuk menghilangkan perpeloncoan yang ada di SDU gitu,” ucap laki – laki berkacamata tersebut ketika ditemui pada Senin (25/7).  

Tak hanya itu saja, agenda audiensi pada tanggal 20 tersebut juga membahas perihal struktural keanggotaan mahasiswa dalam kegiatan PKKMB, “Mereka kasih lihat SK yang mereka mau ajukan ke kita. Kita bakal dapat di posisi apa-apa saja. Dan saat audiensi pertama, itu wakilnya cuma satu ga ada wakil dua. Mahasiswa itu bener-bener ga ada yang masuk di jajaran inti, terus untuk di bagian panitia divisinya itu bener-bener udah full sama rektorat gitu,” tutur Valleryo. 

Penggabungan– Valleryo menuturkan terjadinya penggabungan SDU ke dalam PKKMB 2022 Pada Senin (25/7)

Di sisi lain, Darryl selaku Ketua BEM Universitas Udayana tahun 2022 menceritakan  bagaimana audiensi 20 Juni tersebut dapat terjadi, “Kita diminta untuk rapat koordinasi, diundang H-1 dan malam-malam, akhirnya aku sampai di forum waktu itu aku cuma bertiga dihadapkan sama semua Wakil Dekan yang ada di fakultas, seluruh pihak rektorat, BKM dan Akademik yang jumlahnya kurang lebih 50,” ucapnya ketika ditemui pada Jumat (22/7). 

Tak hanya itu saja, sejalan dengan pernyataan Valleryo, ia juga memberikan tanggapan atas struktural yang ditentukan dan disampaikan saat audiensi “Aku ternyata hadir sebagai wakil ketua 2 di PKKMB tetapi sebelum-sebelumnya aku enggak dilibatkan dengan rapat yang isinya dosen semua gitu,” imbuhnya. 

Darryl mengakui bahwa pengawalan untuk mempertahankan eksistensi SDU sudah dilakukan sejak mengetahui isu akan dileburnya dua kegiatan orientasi tersebut, tak hanya itu, berbagai audiensi juga diakui tidak hanya sekali dilakukan, “Saat itu juga saya melaksanakan konsolidasi dengan teman-teman dari ketiga belas fakultas. Kita ada diujung 2 pilihan, pilihan pertama kita tetap mempertahankan Student Day baik di ranah universitas atau fakultas seperti sedia kala seperti 2 tahun sebelumnya atau kalau memang tidak, setidak-tidaknya peran mahasiswa harus ada di PKKMB, kita memiliki peran yang lebih dominan,” ucapnya sambil menceritakan konsolidasi 13 fakultas yang dilakukan pada 21 Juli 2022 tersebut. 

Audiensi– Darryl selaku Presma 2022 mengungkap upaya audiensi yang telah dilakukan Pada Jumat (22/7)

Sementara itu, Ngurah Sentana selaku Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Udayana mengungkapkan bahwa dari DPM sendiri memang diikutsertakan saat konsolidasi fakultas yang membahas tentang pengawalan terkait SDU kedepannya. “Tapi nyatanya ternyata mungkin perjuangannya engga berhasil, jadi dilebur, tetap dilebur. Nah jadi kurang lebih kita dari DPM cuma ya secara pribadi aku sempat sharing dengan Darryl, bagaimana kita sebenarnya bagusnya SDU ini gimana, pertimbangan gimana-gimananya, terkait pengawalan SDU ini. Layaknya kan digabung atau dipisah dengan PKKMB,” ujarnya. 

Konsolidasi– Ngurah Sentana menceritakan pembahasan pada saat terjadinya konsolidasi
Pada Selasa (26/7)

Lebih lanjut, dikarenakan waktu yang semakin sempit kala itu, Darryl mengungkapkan bahwa pihaknya sepakat mengambil keputusan untuk mempertahankan konsep di Student Day walaupun beralih nama ke PKKMB. “Jadi no hanya namanya saja dan urusan administrasi. Tapi upaya untuk menyelamatkan spirit, konsep, teknis yang kita bawa seperti biasanya seperti tahun lalu tetap jadi prioritas,” tambah Darryl. 

Dengan dileburnya dua kegiatan dalam satu nama yang sama proporsi panitia pun sempat menjadi titik perdebatan, “Awalnya mereka mau nya 40:60 nya kebalik (persentase panitia pihak mahasiswa dan dosen -red), tapi udah sih dibalikin lagi,” ujar Darryl. Valleryo juga menuturkan hal serupa dalam pelaksanaan tahun ini proporsi panitia dari pihak mahasiswa yaitu 360 orang sedangkan dosen dan tenaga pendidik berjumlah 260 orang. 

Sehubungan dengan hal diatas, Ngakan Putu Suardana juga menegaskan terkait dengan porsi tenaga pendidik dalam sistem pelaksanaan orientasi mahasiswa di Unud, “Jadi yang bergerak di bawah itu kan sebenarnya anak-anak semua, kita hanya mengkoordinir, karena di panduan pun dikatakan bahwa harus mendapatkan pendampingan atau bimbingan dari dosen gitu ya untuk pelaksanaan kegiatannya itu. Tidak boleh dilepas begitu saja, panduannya tegas mengatakan begitu,” imbuhnya. 

Selain proporsi panitia dari pihak mahasiswa yang masih lebih besar, waktu yang diberikan untuk mahasiswa melaksanakan kegiatannya pun masih lebih dominan. Ini diungkap oleh Krisna Yoga selaku  Steering Committee (SC) PKKMB dari pihak mahasiswa (23/7).  “Dari segi kegiatan pun kita kan PKKMB 2 hari, kita bener-bener dapat megang itu dari jam 3 sore sampai besok jam 5 sore. Jadi lumayan banyak kita bisa ngisi kegiatan kita di sana gitu. Makanya dari segi keterlibatan ini kita jauh lebih enak gitu,” jelasnya.

Penyepakatan SK, rundown acara dan logo PKKMB pun terjadi pada audiensi di tanggal 14 Juli 2022. “Iya, jadi pada saat audiensi yang kedua ini kemarin kan penyepakatan SK tuh, pembagiannya gimana, segala macem terus, waktu ini tuh yang aku bilang diskusi sama sekre itu tuh kita berusaha membuat rundown gitu loh, jadi penyepakatan rundown gitu terkait dengan komponennya dan lain sebagainya. Abis itu kita juga sempat ajukan logo, dan abis itu penyepakatan logo, logo di acc. Abis itu udah itu aja,” ungkap Valleryo.

“Ditetapkannya bersama, tapi dipikirkannya sendiri, sebelah pihak. Ditetapkannya bersama karena kita sudah enggak dikasih ruang untuk memenangkan itu. Ditetapkannya pas kita lagi kumpul rapat itu, tapi itu agendanya penetapan bukan agendanya untuk diskusi itu, langsung ditetapkan. Ketika kita ngajuin, udah enggak bisa,” Cerita Krisna Yoga.

Berbagai dinamika yang mewarnai proses perjuangan untuk tetap mempertahankan Student Day pada akhirnya ungkap Darryl merupakan hal yang bersifat subjektif “Kalau ditanya seberapa berjuangnya, mungkin pada akhirnya itu balik lagi ya kepada subjektif masing-masing bagaimana melihatnya seberapa besar kita melihatnya. Tapi sekali lagi aku ingetin, mahasiswa bukan sepatutnya berjuang mempertahankan Student Day tapi mempertahankan tujuan Student Day itu sendiri,’’ jelasnya.

Ragam Pandang tentang Peleburan 

Berbagai pandangan mewarnai peleburan SDU ke dalam PKKMB. Seperti yang diungkap oleh Ngakan Putu Suardana dan beberapa mahasiswa aktif lainnya. Sebagian menganggap peleburan dari kedua kegiatan ini sebagai permasalahan yang tidak terlalu besar. Di sisi lain, memandang perbedaan penanaman nilai yang ditekankan menjadi fokus yang tidak boleh digabungkan.   

“Berdasarkan sudut pandang saya pribadi, memang PKKMB dan SDU memiliki isi acara yang berbeda, namun poinnya tetap sama yaitu pengenalan tentang Universitas Udayana, bagaimana mekanismenya, apa yang akan dilakukan sebagai mahasiswa, penerimaan sebagai mahasiswa baru yang nantinya dinyatakan sebagai Ksatria Muda Udayana. Kedua hal itu adalah hal yang sama yang dibalut dan dibungkus dengan hal yang berbeda,” ujar Yangyang, mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2019 (28/7). 

Kekhawatiran akan terjadinya senioritas juga turut menjadi alasan kuat bagi mereka yang setuju peleburan SDU ke dalam PKKMB “Di tahun 2019 memang ada penggemblengan seperti itu, saya merasa kasihan pada teman-teman yang mentalnya tidak siap dan merasa syok. Sakit fisik bisa diobati namun sakit mental sulit diobati. Oleh karena itu, ketika dilebur, kita bisa meminimalisir senioritas dan perpeloncoan,” pungkasnya. 

Ini juga yang diungkapkan oleh Ngakan Putu Suardana “Jadi kita pernah mendengar ya ada perpeloncoan, saat pendaftaran anak-anak disini rame gitu, dibentak anak-anak baru gitu, kita tidak ingin itu, jadi bagaimana kita membuat anak-anak ini nyaman. Mahasiswa baru datang ke kita, kita harus welcome mereka dengan baik gitu ya, jadi dengan tertib, dengan santun juga gitu ya. Jangan sampai ada hal-hal yang begitu masuk kok tidak menyenangkan, tidak mengenakan, membuat mereka trauma masuk ke perguruan tinggi, itu yang nggak kita inginkan, jadi soft lah, mereka bisa masuk, kita terima dengan baik, kita berikan pemahaman tentang kampus ini, bagaimana sistem pembelajaran, ini yang harus disampaikan di PKKMB nanti ya. Jadi kita berharap begitu ya,” ujarnya.

Di sisi lain, Satya Ranasika yang merupakan Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Udayana tahun 2020 menyayangkan jika SDU harus bersatu dengan PKKMB. “Artinya kan kita kehilangan salah satu faktor yang juga cukup krusial dalam menentukan bagaimana kualitas sumber daya manusia di Udayana. Hal ini karena seperti yang teman-teman tahu juga bagaimana PKKMB dilaksanakan itu memang tidak di set sama seperti SDU,” ungkap Satya.

“Secara harfiah, esensi dari SDU sendiri sebenarnya sama dengan PKKMB. Namun, kita mahasiswa mungkin masih menilai esensi itu sebagai sesuatu hal yang lebih luhur, bukan sekedar pengalaman. Artinya kita masih percaya kalau kita kasih yang terbaik untuk mahasiswa baru itu akan berpengaruh terhadap bagaimana dia akan berkuliah di sini. Tetapi kalau rektorat dan pejabat-pejabatnya yang berpikir hanya sekedar perkenalan saja, itu pun juga dia memikirkan tentang kuliah-kuliah biasanya ya sudah cuma kuliah saja kok, ya sudah suruh saja dosen datang pelajaran sudah kelar kok masalah kita, kelar tugas kita sebagai pejabat kampus yang harus melaksanakan program pendidikan,” tambah Satya pada Kamis (28/7). 

Ketua SDU tahun 2020 sekaligus Presma tahun 2021 juga menyayangkan kondisi yang terjadi saat ini “Mau ngga mau setelah Student Day mahasiswa baru harus lebih banyak kegiatannya, pengenalan kampusnya secara kan dalam waktu 2 hari itu tidak ada apa-apanya untuk pengenalan kampus. Sangat disayangkan dan kalaupun ada peluang bagi mahasiswa untuk berperan sih idealnya harus bisa memberikan masukan atau bantuan kepada mahasiswa baru. Sangat disayangkan saja saat mahasiswa baru ini perlu banyak belajar, karena berubah dari siswa menjadi mahasiswa ataupun yang awalnya online bisa saja jadi offline itu kan perlu banyak persiapan yang harus dilakukan oleh mahasiswa baru, jadi kalo di awal disambut dengan sekedar saja kan sangat disayangkan,” pungkasnya.

Rasa kekecewaan diungkap oleh Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM-PM) Universitas Udayana, Ngurah Sentana. Menurutnya esensi dari SDU sendiri adalah sebagai titik untuk mahasiswa baru mengenal lingkungan barunya sehingga apabila dua kegiatan ini dilebur, proporsi dan esensi kegiatan tidak dapat dirasakan sepenuhnya oleh para mahasiswa baru. “Menurut aku pribadi itu sangat mengecewakan ya, saat PKKMB yang aku kenal sebagai wadah untuk kita menyesuaikan secara akademik dan SDU sebagai wadah kita untuk menyesuaikan secara kemahasiswaan, konteksnya sebenarnya seperti itu yang aku tahu dari aku maba sampai sekarang. Nah dengan dileburnya ini, itu yang paling aku rasain adalah, pendapatku kecewa. Karena terlepas penyelenggaranya itu tergabung dari dosen dan mahasiswa, tentu proporsi atau esensi di dalamnya pun tidak bisa sepenuhnya didapat oleh mahasiswa,” ucap Ngurah.

Terkait perpeloncoan sendiri Ngurah memberikan tanggapan “Sebelumnya ini informasi, aku pernah ikut SDU di 2019 dan panitia SDU 2020. Setahuku di tahun 2020 dan 2021 masih minim, bahkan engga ada karena pandemi. Tapi pas tahun 2019, pas aku, tergantung memahami perpeloncoan ini gimana ya, tapi menurutku, menurutku ada beberapa part-part dari SDU 2019 pas aku maba itu ada sedikit tidaknya perpeloncoan. Karena bagaimana, ada tekanan mental yang diberikan, ada tekanan fisik juga di beberapa fakultas, ya lebih tahu lah teman-teman fakultas, itu sih kalau ditanya ada tidaknya perpeloncoan di tahunku dulu,” ujar Ngurah Sentana.

Di sisi lain, Satya Ranasika mengungkap kondisi pandemi yang mengakibatkan masa orientasi selama 2 (dua) tahun belakangan berjalan daring memberikan keuntungan tersendiri karena senior-senior yang melakukan perpeloncoan sudah tidak ada lagi, “Karena pandemi datang jadi dia sangat menolong jadinya dia memotong generasi itu. Ada dua tahun nih bisa dibilang enggak ada yang jadi dalam tanda kutip pendisiplinan itu si pendisiplin itu ini kan udah hilang udah pada lulus lagi,” imbuhnya. 

Adrian selaku Mapresma 2022 dan juga Mahasiswa aktif Universitas Udayana angkatan 2021 (30/7) yang merasakan SDU secara online pun turut menyampaikan pandangannya terkait pelaksanaan SDU di tahun kemarin , “Kalau tahun lalu ya setahuku sih tidak ada karena itu pun online dan itu panitia pun marah-marah itu susah. Paling nggak nanti di chat jangan ribut, iya kak iya kak gitu aja dan setiap pagi sebelum kita masuk SDU kan disuruh foto tuh, kayak memanah itu. Nah itu kan kayak yaudah biasalah nggak buat ya wajar dikasih sanksi tapi sanksinya nggak berat-berat juga cuman dikasih penugasan buat resume apa essay gitu.”

SDU Tahun 2021– Adrian Maha Putra menuturkan pandangannya terkait SDU tahun 2021 pada wawancara Selasa (30/7)

Di balik gejolak yang terjadi pelaksanaan PKKMB yang kini telah berakhir, menyisakan segelintir cemas dan harap untuk tahun-tahun mendatang. Tidak menutup kemungkinan bahwa perubahan-perubahan kedepan bisa saja terjadi. “Mungkin kalau idealnya bakal lebih istilahnya kita lebih berkoordinasi mungkin waktunya bisa ditambah atau bagaimana. Jujur kalau waktu dua hari untuk pengenalan lingkungan Universitas Udayana yang sungguh besar kayak kegiatannya banyak organisasi mahasiswanya banyak menurut aku pribadi itu kurang cukup untuk menjelaskan begitu banyaknya kegiatan kayak gitu,” ujar Doni Suryadana salah satu mahasiswa aktif dari Fakultas Teknik (28/7).

Harapan– Doni mahasiswa Fakultas Teknik membagikan harapannya untuk pelaksanaan masa orientasi di tahun mendatang. Pada Kamis (28/7)

Richie yang merupakan mahasiswa aktif dari Fakultas MIPA angkatan 2020 juga menyisipkan harapan akan pelaksanaan orientasi di Udayana kedepannya, “Bagaimana orientasi, mungkin sayang ya kita itu gabisa bikin orientasi kayak festival, dalam artian, ya gatau gimanalah bentuknya, tapi yang aku bayangin kalau aku baca dalam buku, novel, bahwa orientasi itu bener-bener kayak mahasiswa itu coba menjelajahi kampus, mungkin ada booth-booth UKM kayak gitu-gitu, tapi aku nggak bisa bilang biar itu ada atau gimana, cuman mungkin jangan jadi kayak formalitas, karena orientasi selama 2 hari ini mungkin besar sekali potensinya untuk jadi hanya sekedar formalitas, gimana sih caranya aku untuk 2 hari benar-benar niat untuk ngikutin sesuatu, kayaknya ngga bisa, perlu setidaknya seminggu untuk aku untuk punya waktu sendiri untuk menjelajahi apapun yang aku mau coba lihat,” ujarnya 

Harapan– Richie Mahasiswa Fakultas MIPA angkatan 2020 menyampaikan harapannya terkait pelaksanaan masa orientasi di Unud kedepannya. Pada Sabtu (30/7)

Ngakan Putu Suardana sendiri berharap esensi yang ingin disampaikan kepada mahasiswa baru melalui PKKMB dapat tersampaikan dengan baik sehingga berguna bagi mahasiswa baru untuk mengenali lingkungannya. 

“Sebenarnya harapanku bisa kembali lagi ya entah namanya student day, entah namanya PKKMB atau apa mungkin tapi kita diberikan ruang untuk bisa berekspresi sepenuhnya, sepakat ketika itu tidak bisa diberikan sepenuhnya pada mahasiswa tapi bukan untuk melemahkan kita. Bahkan kalau ideal ini keduanya ini dipecah, orangtua menyambut anaknya, kita kakak menyambut adiknya. Bapak dan Ibu menyambut anak-anaknya dengan cara memperkenalkan suatu kehidupan dari segi strukturalnya kita dari segi lingkungan kedepannya, orangtua terkait aturan di rumah kita, kita menjelaskan kondisi sosial di sekitar rumah kita,” Tutup Krisna Yoga. 

Puncak Perhelatan PKKMB Universitas Udayana

Perhelatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun 2022 di Universitas Udayana telah resmi terlaksana selama dua hari di tanggal 8 dan 9 Agustus . Euforia yang disajikan seolah mengabaikan cerita pelik di balik megahnya PKKMB tahun 2022 ini. 

Panggung – Potret panggung sebagai tempat pelaksanaan PKKMB tahun 2022

Dibalik warna-warni tersebut, Wakil I Koordinator Mahasiswa PKKMB tahun ini, I Gusti Ngurah Arya Wira Pangestu menuturkan terkait rangkaian pelaksanaan kegiatan orientasi tersebut ketika diwawancarai di sela-sela kesibukannya dalam pelaksanaan PKKMB hari kedua pada (09/08), “Hari pertama itu kita ada pemaparan materi dari pimpinan rektorat, hari pertama juga ada Udayana Creative yaitu gerakan kolektif dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Kemudian di hari kedua ini kita lebih banyak mengusung tema tentang kemahasiswaan jadi isinya tu emang tentang pengenalan UKM, pengenalan ormawa dan pengenalan lembaga – lembaga lah di Universitas Udayana,” pungkasnya.

Pelaksanaan PKKMB juga diakui oleh peserta cukup menyenangkan dan terkesan segar terlebih pada hari kedua yang memfokus terhadap pengenalan Ormawa dan UKM di Unud, “Seru ya walaupun agak ngantuk dikit tapi materi-materinya bagus dan penyampaiannya mudah untuk ditangkap,” ucap I Komang Yuda selaku peserta dari gugus 14. Tak hanya itu, mahasiswa baru lainnya turut  memberikan tanggapannya terkait pelaksanaan PKKMB tahun ini “Kalau offline gini (pelaksanaan PKKMB -red) sangat lebih informatif, info-infonya lebih masuk, lebih menyenangkan lah,” ungkap Felix selaku mahasiswa baru dari Fakultas Pariwisata.  

Pelaksanaan dengan aturan dan konsep yang berbeda di PKKMB tahun 2022 ini, tentu menciptakan tantangan baru bagi panitia pelaksana dalam membangun kegiatan orientasi dengan tetap dapat menanamkan nilai – nilai kemahasiswaan, hal tersebut disampaikan oleh Arya Wira mengenai beberapa halang rintang yang dihadapi panitia selama persiapan PKKMB. “Untuk kendalanya sendiri itu pertama dari segi waktu, kita dari waktu ini agak kesulitan mengatur karena rentetannya terlalu banyak dan terlalu padat, dan waktu yang ditentukan berpatokan dengan waktu yang telah ditentukan oleh rektorat yaitu dari jam 8 hanya sampai jam 5 itu kesulitan kita untuk mengatur agenda yang bener-bener detail untuk dirancang, yang kedua kita kesulitan untuk mengatur pihak vendor karena vendornya itu seharusnya kita masih ada gladi di malam hari tapi vendornya sudah tutup jam 5 mungkin memang etisnya kita gladi engga sampai malam cuman kan kita ingin nampilin yang terbaik yaudah kita akan mengusahakan sebaik mungkin,” ujarnya. 

Dibalik kendala yang dirasakan panitia pelaksana, acara PKKMB tahun 2022 ini terbilang sukses memberikan nuansa sambutan khas orientasi bagi mahasiswa baru, “Esensi yang dibawa di PKKMB tahun ini itu sebuah keistimewaan, keistimewaan yang dimaksud itu adalah memberikan pemahaman kepada mahasiswa baru ketika mereka memang memiliki privilege yang barulah yang hebat dari seorang siswa menjadi mahasiswa yang patut mereka sebar luaskan untuk pihak – pihak disekitar mereka, baik dari diri dia sendiri, orangtuanya lingkungan sekitar di desa mungkin atau lurah dan teman – teman mereka yang baru di Universitas Udayana,” imbuh Arya Wira. 

Valleryo ketika dihubungi melalui telepon (13/8) menuturkan, kendati terjadi penggabungan SDU ke dalam PKKMB namun esensi kegiatan tersampaikan cukup baik karena disokong oleh acara mentoring dan capacity building yang dilaksanakan sebelum hari H PKKMB “Esensi kegiatan cukup tersampaikan dengan baik sebenarnya karena pada akhirnya pun seperti teman-teman tahu juga, kalau acara capacity building dan mentoring pun pada akhirnya  bisa kita selenggarakan dengan resmi, walaupun di hari h kita ga dapet stage banyak untuk menanamkan materi, tapi kita cukup bisa menanamkan materi melalui mentoring dan capacity building.” 

“Harapan aku ini kan tahun pertama penggabungan PKKMB dan SDU, dan harapannya tahun kedepan temen-temen inti semuanya pun udah tau lagi mesti bersikap bagaimana dan emang pada akhirnya memaksimalkan setiap peluang yang emang udah terlihat nih sekarang masih ada celah-celahnya dimana itu bisa dimaksimalkan lagi tahun depan sehingga bisa menghasilkan PKKMB yang bener-bener enggak sama sekali kehilangan aura bahkan marwah SDUnya semakin kuat lagi kayak gitu,” tutup Valleryo.

 

Penulis: Gung Vita, Dayu, Restu, Lia, Ayu

Penyunting: Mayda, Narissa, Kamala 

 

Sumber: 

(2004, Agustus 31). Ospek di Bali Tanpa Plonco. Detiknews Diakses dari :  

https://news.detik.com/berita/d-200388/ospek-di-bali-tanpa-plonco

(2009, Oktober 1). Harapan “emas” dalam kendi bocor. Pers Akademika. Diakses dari

https://issuu.com/akademika/docs/akademika

You May Also Like