Warna-warni goresan aksara menuliskan suara perempuan dan perihal gender, terpajang mengelilingi area Ruang Terbuka Hijau di Kampus Udayana dalam perayaan International Women’s Day pada Sabtu, (23/03).
Sekitar pukul 16.00 WITA, para tamu undangan telah datang meramaikan acara. Tak berselang lama, dua dara mulai membuka acara serta menyapa para tamu yang hadir di acara yang bertempat di Ruang Terbuka Hijau Universitas Udayana itu. Dalam acara tersebut, dijumpai berbagai ungkapan ekspresi terkait perempuan dan gender yang dituliskan dalam kain polos dan poster-poster. “AKU PEREMPUAN AKU TDK (TIDAK) SEMPURNA,” merupakan satu dari sederet tulisan yang menghiasi.
Acara ini diinisiasi Kementerian Keperempuanan dan Perlindungan Mahasiswa (KPM) BEM Universitas Udayana, dalam rangka merayakan hari perempuan serta mewadahi aspirasi perihal permasalahan perempuan, gender, dan berbagai hal seputarnya.
Menteri KPM BEM Udayana, Ni Luh Kadek Puspita Sari menuturkan bahwa pihaknya memilih salah satu dari lima sub tema International Women’s Day yang berkaitan dengan bagaimana memberdayakan perempuan berprestasi. “Jadi kita mengambil tema ‘Perempuan Berkarya, Perempuan Berdaya’ membuat forum-forum untuk memberdayakan dan berkarya,” ujar Puspita.
Acara yang digelar oleh kementerian baru itu berjalan dengan lancar, seluruh peserta dengan semangat menyalurkan aspirasi mereka dalam bentuk gambar, mural, dan literasi. Puspita juga menambahkan bahwa dalam kegiatan ini diadakan FGD (focus group discussion) untuk merangkul teman-teman perempuan, memperkuat persatuan, dan mengakhiri ketimpangan gender, serta memperjuangkan kesetaraan bagi semua.
Sebelumnya, Puspita Sari menuturkan bahwa terbentuknya KPM dilatarbelakangi oleh meningkatnya isu kekerasan seksual dan masalah keterbatasan hak-hak perempuan. “Walaupun sekarang kita sudah di tahun yang lebih maju. Namun stigma-stigma di saat perempuan berkarya, perempuan berkarir, pasti dibilang percuma kalian berkarir setinggi-tinggi mungkin, tapi pada akhirnya pasti kalian gak bisa ngurus rumah,” ungkap Menteri KPM BEM Udayana itu.
Berangkat dari persoalan tersebut, Puspita turut menjelaskan bahwa ke depannya KPM akan berfokus dalam mengedukasi masyarakat guna menumbuhkan kepedulian terkait isu-isu gender. “Bukan hanya tentang kekerasan seksual, KDRT, dan sebagainya tetapi bagaimana kita menghargai satu sama lain tanpa melihat gendernya,” imbuhnya.
Pada perayaan International Women’s Day, pihak KPM berkolaborasi dengan beberapa lembaga yang juga bergerak serumpun, yakni Sanggar Puan dan Equality Pals. Selain itu, pihak KPM turut mengundang ketiga belas fakultas yang berada dalam naungan Universitas Udayana dan hadirin lainnya yang berasal dari berbagai instansi pendidikan dan lembaga terkait, seperti ISI Denpasar, STIKOM, LBH Bali, dan lainnya.
Bertajuk ‘Perempuan berkarya, Perempuan berdaya’, kegiatan International Women’s Day diisi dengan berbagai rangkaian kegiatan dengan sentuhan seni. Sebab menurut Puspita, seni tak hanya menunjukkan keindahan, tetapi juga menjadi media untuk menyalurkan aspirasi. Area kreativitas seni itu terdiri dari tiga station berbeda di sekitar area.
Diantaranya adalah station zine yang menyediakan berbagai gambar dan tulisan yang dapat dipotong kemudian ditempelkan pada sebuah alas kertas selayaknya membuat kliping. Pada station warna, para undangan dapat bermain corak warna sekaligus menyalurkan aspirasinya pada sebuah kain polos, terdapat pula kumpulan buku yang dipamerkan dalam station literatur. Berbeda dengan station warna dan zine yang dipenuhi oleh hadirin, station literatur tampak tak seramai dua station lainnya.
“Kita tahu UNUD sendiri masih kurang literatur, bahkan di masyarakat juga ya. Makanya, yah terlihat forumnya seperti apa,” ujar Puspita Sari sambil tertawa kecil. Tak hanya membaca karya-karya yang ada, pada station novel para hadirin juga dapat menuangkan kreativitasnya dalam bentuk karya puisi yang nantinya akan ditampilkan pada penghujung acara.
Sederet kegiatan perayaan hari perempuan yang diadakan ini mendapatkan tanggapan baik dari undangan yang datang. Celon salah satunya, dirinya mengaku cukup tertarik dan mendukung kegiatan ini. “Aku sangat mengapresiasi ada kegiatan yang bisa mendukung teman-teman perempuan dan ikut merayakan hari perempuan itu sendiri,” ungkap mahasiswa ISI Denpasar itu.
Celon juga menambahkan “aku cukup tertarik dengan isu-isu Perempuan dan juga di sini ada beberapa kegiatan cukup menarik dan kebetulan lagi waktu luang jadi aku menyempatkan datang kesini”. Selain mengangkat isu-isu perempuan, kegiatan ini juga menjadi kesempatan untuk menghargai peran penting para pria dalam mendukung kesetaraan gender.
Malam hari menyambut, puncak acara IWD 2024 pun dimulai, “pada puncak acara, ada panggung seni yang akan menampilkan penampilan-penampilan seperti nyanyi, baca puisi, atau dance” jelas Syanmuir selaku anggota Kementerian KPM. Penampilan yang dibawakan dengan apik itu membuat para peserta bertepuk tangan dengan meriah.
Di balik suksesnya kegiatan ini, terdapat tantangan tersendiri yang dialami oleh panitia IWD 2024. Syanmuir selaku panitia memaparkan bahwa acara ini memiliki rentang waktu berdekatan dengan Grand Opening (Kabinet Eskalasi Cita Udayana), yang mana mereka baru saja diresmikan sebagai kepengurusan BEM-PM.
Senada dengan itu, Puspita menjelaskan “Tantangan, karena kita harus menyesuaikan ya. Karena ini kan masih awal kabinet di BEM. Jadi kita menyesuaikan dulu setiap orang, setiap individu. Nah itu agak rumit, bahkan kita sudah kolab dengan komunitas lain, jadi kita harus menyesuaikan diri gitu,” ungkap Puspita. Puspita juga menambahkan bahwa kegiatan ini dipersiapkan dalam waktu yang cukup singkat. “Untuk persiapannya sih kurang lebih seminggu.”
Melihat adanya berbagai persoalan mengenai perempuan dan gender yang masih kerap terjadi, Puspita berharap kedepannya akan lebih banyak komunitas yang membuka ruang diskusi dan bertukar informasi. Tidak hanya membahas seputar gender, melainkan hal lainnya yang erat hubungannya dengan kehidupan. “Semoga kedepannya kita sama-sama membuka ruang. Karena bukan KPM saja yang bertanggung jawab tapi kita semua bertanggung jawab.” pungkasnya.
Penulis : Reva, Gung Putri, Jekes
Penyunying : Dyana, Gung Vita