Tampaknya kita masih harus bercermin untuk menggali makna kebangkitan nasional yang baru saja kita jelang. Tak dapat dipungkiri, masyarakat menilai bahwa generasi muda saat ini kebanyakan cenderung lebih bersifat hedon daripada memikirkan persoalan nasional bangsanya. Keresahan ini disadari pula oleh Putu Sri Puji Astuti, koordinator National Integration Movement (Gerakan Integrasi Nasional-NIM) Denpasar.
Perempuan kelahiran Yogyakarta ini mengungkapkan, keresahannya akan gaya hidup generasi muda masa kini yang cenderung instan. Dalam artian, bahwa para pemuda terlalu terbawa ke dalam pengaruh modernisasi sebagai pengaruh pendidikan media dengan progam-programnya yang menjual mimpi-mimpi. “Padahal peran pemuda sangat penting bagi suatu bangsa, karena dari sanalah muncul dan tumbuh pucuk-pucuk generasi penerus selanjutnya. Terlebih, Indonesia sejak dulu telah menjadi incaran bangsa-bangsa lain. Sehingga menyusutnya nasionalisme akan membantu mereka merongrong kembali bangsa kita yang sangat kaya ini,” ungkapnya.
Ia sendiri memilih untuk bergabung dengan NIM sebagai wadah untuk semangat kebangsaannya. “Banyak kegiatan yang sudah dilakukan NIM untuk mengembangkan semangat kebangsaan para pemuda. Kami mengajak pemuda di Indonesia untuk mencintai bangsa dan negara melalui cara-cara yang menyenangkan,” cetusnya serius.
Sudah sepatutnya para pemuda sadar dan bergerak maju untuk membangkitkan kembali semangat nasionalisme. Terus menggaungkan produk Indonesia serta mencintai negara dengan mencari solusi bersama untuk persoalan-persoalan bangsa merupakan contoh-contoh nyata yang dapat kita lakukan bersama-sama.
“Cintai negara di atas kau mencintai dirimu sendiri. Dan cintai Indonesia di atas kepentingan pribadi serta jadilah bangga terhadap Indonesia,” ajak perempuan yang pernah tergabung dalam Bala Mahardika dan Senat Sastra Universitas Udayana ini penuh semangat.
Dian Purnama