Karni Ilyas: Pergerakan Mahasiswa Kehilangan Arah

Karni Ilyas saat mengisi diskusi kampus tentang jurnalisme hukum pada Selasa (4/12) di Auditorium Widyasabha Unud, Jimbaran. (Foto: Arimbawa/Akademika)

Lagu Darah Juang dan Mars Mahasiswa yang diputar ketika masa-masa orientasi (Student Day) sering membangkitkan kerinduan pada masa-masa pergerakan. Tetapi sayang, lagu-lagu itu tidak mampu membuat mahasiswa Udayana bergerak ketika meyampaikan aspirasi rakyat. Hal itu dibuktikan ketika aksi hanya segelintir mahasiswa yang terlibat.

Karni Ilyas saat ditemui seusai diskusi kampus tentang jurnalisme hukum atas kerjasama TvOne dengan Universitas Udayana pada Selasa (4/12), mengatakan pergerakan mahasiswa hari ini sudah kehilangan arah. Hal itu diakibatkan karena fokus perhatian yang diangkat mahasiswa Indonesia terpecah-pecah. Wartawan senior yang berlatar belakang hukum ini mencontohkan pergerakan mahasiswa dapat dimulai dengan mengkritisi kebijakan pemerintah di daerahnya masing-masing.

“Harusnya ada satu fokus, misalnya mengawal banggar (badan anggaran) aja deh. Artinya, pergerakan  mahasiswa di daerah itu mengkritisi kebijakan anggaran Pemda di daerahnya. Apabila ada penyelewengan anggaran, mestinya mahasiswa terdepan menyuarakan hal itu,” tutur pemandu acara Indonesia Lawyer Club dengan suara serak khasnya.

Menanggapi pergerakan mahasiswa di Bali yang ketika aksi masanya bisa dihitung jari, ia menganggap hal itu tidak bermasalah. Misalnya, di Amerika yang hanya dengan sepuluh orang bisa melakukan aksi. Lebih lanjut ia menambahkan, pemukulan aktivis mahasiswa yang kerap terjadi dalam beberapa aksi tergantung bagaimana mahasiswa dan pihak penegak hukum menyikapinya.

“Yang penting jangan main hakim sendiri,” katanya sembari sibuk meladeni mahasiswa yang ingin berfoto bersama.

Penulis buku “Karni Ilyas: Lahir untuk Berita” ini berharap pergerakan mahasiswa itu nantinya bisa mengawal demokrasi dengan pendekatan hukum. (Widyartha Suryawan)

You May Also Like