Berkecimpung dalam dunia pertanian dan IT merupakan passion seorang Gung Wedha. Pria kelahiran Singaraja, 27 November 1984 ini berusaha membangun “value chain” pertanian dari hulu hingga hilir, membangun sebuah sistem pertanian yang terintegrasi dengan menggabungkan IT (teknologi), budaya, kearifan lokal dan pertanian untuk memajukan bidang pertanian menjadi Agriculture 4.0 dan saat ini menjadi misi yang sedang diwujudkan.
Aktivitas yang dilakukan yaitu mengembangkan petani dihulu melalui komunitas/gerakan “Petani Muda Keren” dengan teknologi pertanian yang ramah lingkungan, bertani menggunakan bahan-bahan organik dan agen-agen hayati atau sering disebut sebagai “nature farming”. Komunitas Petani Muda Keren (PMK) besutan pak Gung Wedha ini menggunakan aplikasi untuk memudahkan mereka mengembangkan misi “value chain” pertanian yang sedang dijalankan.
Pak Gung Wedha yang merupakan pendiri komunitas PMK dan “BosFresh Apps in Bali” ini bukanlah orang baru yang berkecimpung di dunia pertanian. Dirinya melihat industri pertanian di Indonesia, khususnya di Bali menghadapi berbagai tantangan. Ia melihat banyak petani di Bali yang berjuang, bahkan prihatin terhadap kurangnya keterlibatan generasi muda dalam industri pertanian. Selain itu beliau juga terkadang mengamati perdagangan yang tidak adil antara petani dan pedagang pasar.
Bersama petani di Bali, beliau turut andil dalam memproduksi sayuran, buah, daging, ikan dengan kualitas terbaik menggunakan metode pertanian alam, sehingga dihasilkan produk pertanian yang sehat dan bertanggung jawab. Selain itu, beliau menggabungkan teknologi untuk memperoleh “Big Data” melalui teknologi aplikasi BOS Farmer. Hal ini diharapkan dapat membuat kegiatan bertani menjadi semakin efisien, terarah serta terukur dan mempermudah proses pasca panen / hilirisasi.
Aplikasi BOS Farmer ini digunakan oleh anggota PMK yang menjadi bagian hulu dalam rantai nilai pertanian. Aplikasi yang diperbarui pada Oktober 2019 ini serta diakses pada April 2020, dinyatakan sebagai aplikasi yang memudahkan petani dalam mengembangkan kebunnya dari hulu ke hilir.
Dalam aplikasi ini, petani bisa mengisi keterangan mengenai komoditas yang ditanam, jadwal tanam, umur tanaman, luas lahan, dan jumlah tanaman. Dengan algoritma yang dikembangkan sendiri oleh pak Wedha dan timnya, petani kemudian mendapatkan informasi lebih seputar pertanian. Misalnya mengenai waktu panen, perkiraan jumlah panen, waktu pemupukan, dan lain-lain.
“Petani kita paksa untuk menggunakan teknologi dan mekanisasi, misalnya traktor, irigasi tetes, dan aplikasi,” tuturnya. Adanya aplikasi ini yang menjadi “Big Data” digunakan oleh anggota komunitas PMK. Sederhananya, pertanian berdasarkan proyek, bukan hanya produk. “Kita cari pasar dulu baru kita tanam. Bukan sebaliknya, tanam dulu baru cari pasar,” lanjutnya.
Beliau menambahkan, petani juga menerapkan kendali mutu (quality control) ketat terhadap produk-produk yang dijual melalui BOS Farmer. Contoh salah satu syarat wajibnya, produk itu harus dibudidayakan secara alami (nature farming), seperti menggunakan pupuk dan pestisida alami. Sebagai pengusaha yang terbiasa mengimpor, ia juga memberlakukan standar baku mutu ketat pada produk-produk BOS Farmer. “Dengan begitu, produk petani Bali akan berkualitas dan sehat. Jangan hanya terlihat bagus, tetapi beracun karena pakai kimia. Itu kan ngeri sekali,” ujarnya.
Penulis: Hasya Atha Faza Mawanthi
Penyunting : Gangga Samala