Judul: Indonesia Optimis
Penulis: Denny Indrayana
Tahun Terbit: September 2011
Halaman: vii + 255 halaman ; 21 cm
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Genre: Non Fiksi
Carut marut bangsa Indonesia saat ini menjadikan sikap optimisme sebagai hal yang semakin langka ditemukan. Keberadaan media bahkan dengan segala kepentingannya dirasa kurang efektif untuk mengembalikan optimisme masyarakat. Sebagai tokoh muda, Denny Indrayana bertindak tepat dengan memaparkan fakta fakta mengapa Indonesia harus tetap optimis.
Sebagai seorang tokoh muda dengan latar belakang pendidikan Ilmu Hukum, Denny Indrayana tidak ingin dianggap sekadar menuliskan pendapat pribadinya menjadi sebuah buku. Ia juga mengolah data data penelitian dari lembaga lembaga yang terpercaya, namun bukan dari pemerintah demi menjaga keobjektivan dan kualitas bukunya. Buku ini terdiri dari prolog, lima bab, Menolak Pesimisme, Reformasi Tidak Mati Suri, Tantangan Presiden Reformasi, Indonesia Bukan Surga Koruptor dan Indonesia Optimis serta epilog.
Pada bab pertama penulis memberikan pengantar perlawanan terhadap sikap dapa dilihat dari judulnya yaitu Menolak Pesimisme. Di bab ini dijelaskan mengapa bangsa Indonesia harus memiliki sikap yang optimis realistis. Sadar akan tantangan serta permasalahan yang ada kemudian menyelesaikannya tetapi tetap mengakui pencapaian secara adil.
Reformasi Tidak Mati Suri merupakan hasil pemikiran dan jawaban penulis untuk pemikiran yang menyatakan bahwa masa orde baru lebih baik dibanding masa reformasi. Ia memaparkan bahwa bagaimanapun juga romantisme sejarah yang ada, masa orde baru tetap sarat dengan permasalahan. Di masa itu banyak media cetak yang diberangus, kebebasan pers jauh dari apa yang ada pada masa kini. Selain itu korupsi pada masa orde baru sangat berkembang dengan pesat, saking pesatnya dianggap sebagai suatu hal yang lumrah dan tidak kentara. Masyarakat Indonesia hanya terlalu nyaman dengan masa orde baru dimana berita mengenai korupsi jarang terlihat, namun hendaknya masyarakat menyadari bahawa tidak ada berita korupsi bukan berarti tidak ada korupsi saat itu.
Tantangan tantangan yang harus dihadapi oleh presiden pada masa reformasi juga dijabarkan oleh penulis dalam satu bab. Berikut dengan efektivitas, kewenangan dalam konstitusi hingg yang dimiliki oleh mereka. Bagaimana peranan dukungan politik hingga koalisi partai versus koalisi rakyat juga menjadi hal yang tidak luput untuk di bahas. Di lengkapi dengan data data indeks, baik indeks pembangunan manusia, indeks persaingan global dan indeks negara gagal untuk menjadi penguat atas pemikiran optimisme yang harus dikembangkan, bahwa tetap ada kemajuan selama masa reformasi dalam hal ini di bidang kesejahteraan.
Penulis berusaha mengajak pembacanya melihat suatu hal secara menyeluruh. Permasalahan yang ada tidak cukup dilihat dari satu sisi saja, termaksud dalam penegakan hukum terhadap kasus korupsi di negeri ini pada masa reformasi. “Adalah bad news bahwa, menurut perhitungan ICW, dalam 10 tahun terakhir ada 45 orang yang terkait kasus korupsi melarikan diri keluar negeri. Namun good news-nya, itu berarti, Indonesia dengan KPK-nya, dengan ICW-nya dengan kontrol public yang semakin kuat, bukan lagi surge bagi koruptor. Good news-nya, upaya pemberantasan korupsi telah menghadirkan iklim takut, sehingga beberapa terduga koruptor lebih memilih bersembunyi di luar negeri” (halaman 146)
Bab akhir sesuai dengan judul buku, yaitu Indonesia Optimis hadir sebagai “jurus pamungkas” sekaligus penutup dari penulis atas argumen argumen beserta data yang dipaparkannya. Sebab pertanyaan pertanyaan mendasar dari buku telah terjawab pada bab sebelumnya, yaitu bab dua hingga empat. Sehingga Indonesia tidak memiliki alasan untuk menolak optimisme sebaliknya harus menolak sikap pesimisme yang muncul semakin kuat belakangan.
Indonesia Optimis adalah media Denny Indrayana untuk menyampaikan pesan agar masyrakat Indonesia bersikap optimis realis, sesuai dengan keadaan. Khususnya bagi generasi muda yang selanjutnya akan mewarisi dan bekerja untuk kemajuan tanah air. Denny juga berusaha menampilkan tulisan seobjektif mungkin dengan data data terpercaya walaupun setiap karya memiliki subjektivitasnya sendiri. Kemudian bahasa yang sederhana dan bukan hanya membuka mata pembaca mengenai keadaan tanah air saat ini tapi juga pentingnya mengemukakan pendapat secara tepat dan berdiskusi untuk menghasilkan solusi. Karena lawan dalam berdiskusi sebenarnya adalah kawan dalam berpikir. Semua itu menjadi nilai tambah atas kehadiran Indonesia Optimis.
Buku ini layak dibaca oleh berbagai kalangan bangsa Indonesia, pekerja di pemerintahan, privat, mahasiswa bahkan ibu rumah tangga. Sesuai dengan ajakan penulisnya untuk menjadikan Indonesia bangsa yang optimis. Indonesia Optimis hadir sebagai penyeimbang pemberitaan saat ini. Cerdas namun tidak arogan ataupun menghakimi.
CHANDRA