Tumbuhnya animo dan kesadaran akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan menyebabkan beberapa komunitas peduli lingkungan mulai mencuat ke permukaan. Satu diantaranya ialah Kelompok Kayoman yang seragam berbahu menjawab tantangan alam untuk bergerak menyelamatkan sumber mata air di Desa Pedawa.
Rasa terima kasih kepada ibu pertiwi dapat disampaikan dalam berbagai bentuk, tak hanya melalui panjatan doa, tetapi juga dapat dibuktikan dengan aksi nyata. Begitu pula yang dilakukan oleh salah satu masyarakat Desa Pedawa yang kini giat mengajak masyarakat untuk bergerak menjawab tantangan alam, Putu Yuli Supriandana lah jawabannya. Laki – laki yang karib disapa dengan “kayoman” merupakan masyarakat yang kini aktif menjadi koordinator komunitas pecinta alam di Desa Pedawa yaitu “Kayoman Pedawa”.
Kayoman Pedawa berdiri bukan tanpa perihal, latar belakang terbentuknya Kayoman ini tak lepas dari permasalahan air yang pernah melanda Desa Pedawa di masa lampau “Tahun 1997 hingga tahun 2005 masyarakat mengalami krisis air, dan yang lebih mirisnya lagi tahun 2014 masyarakat membeli air pada musim kemarau,” ujar Putu Yuli dalam wawancaranya pada Selasa (21/6).
Keinginan yang kuat untuk mengatasi permasalahan air di desanya juga didorong oleh sebuah peristiwa yang memberikan Putu Yuli inspirasi dan tekad yang bulat untuk membentuk komunitas pecinta alam tersebut. Masih lekat dalam ingatannya bagaimana ia berkelana ke Desa Cempaga dan bertemu sebuah gerakan sosial bertajuk “Buleleng Harmoni” yang pada saat itu sedang melakukan aksi sosial memungut sampah. Berawal dari hal itu, mengantarkan dirinya untuk mengenal orang – orang yang turut membantunya dalam mendirikan dan mengembangkan Kayoman Pedawa, yang hingga kini pada akhirnya dikenal hampir di seluruh wilayah Sidatapa, Cempaga, Tigawasa dan Pedawa (SCTP).
Berangkat dari motto “Mastiti Ayuning Desa” yang dijelaskan Putu Yuli sebagai apa yang disembahkan desa kepada kita, kita harus memberikan ucapan terima kasih melalui penanaman pohon dan bersih-bersih, hal itulah yang kemudian mengawali langkah awal Putu Yuli Supriandana untuk merancang dasar kegiatan dari Kayoman Pedawa. Sedari awal, Kayoman Pedawa berfokus pada penyelamatan dan pelestarian sumber mata air yang dimanifestasi menjadi berbagai kegiatan peduli lingkungan seperti gerakan pembersihan dan pencarian bibit tanaman, penanaman pohon, serta pemeliharaan maupun monitoring.
Kayoman pada awal mula pergerakannya berfokus pada berbagai isu lingkungan, namun seiring berjalannya waktu, kini mereka konsisten terhadap upaya pelestarian sumber mata air “Dulu pergerakan dari kami yaitu menanam pohon, yang dilaksanakan empat kali setiap bulan tanpa mempertimbangkan hidup atau tidaknya pohon itu sendiri. Yang kedua kami merancang program pembersihan menyapu sekitaran pura, memilah sampah, melakukan kegiatan sosial seperti membagi sembako dan membuat foto maupun film,” pungkas Putu Yuli.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa seiring dengan berjalannya waktu munculah kelompok lain yang bernama Balawa. Mulanya Balawa merupakan Banjar Lampung Pedawa di sekitar dusun Lambo, tetapi sekarang ia sudah meluas. Kelompok Balawa lebih mengutamakan pada pemilahan sampah plastik dan kegiatan sosial, sedangkan Kayoman lebih memfokuskan pada penyelamatan sumber mata air.
Putu Yuli ingat betul bagaimana ketika awal memulai kegiatan, cukup banyak rasa ragu yang dilontarkan masyarakat kala itu “Dulu kita tu dibully ya, kayoman ane lewat nak kal mersihan kayuan, kayuan itu kan tempat pemandian. Lakar mersihan kayuan, mai-mai di tiange laku mersihan. Padahal kita itu kan hanya membersihkan tempat pemandian itu tujuannya menyadarkan daripada warga sekitar biar tidak membuang sampah plastik karena di tempat pemandian pasti ada plastiknya ada detergen, shampoo dan lain sebagainya, pasti ada makannya kita merangsang tapi warga kita menganggap bahwa kita dianggap bersih-bersih pemandian , dia tidak tau tujuan dan maksud kita, makannya kita cut sekarang tidak lagi membersihkan kayuan,” ucap Putu Yuli sembari tertawa kecil mengenang masa lalu.
Tak pantang patah, Putu Yuli terus berusaha menyampaikan pesan dan menunjukkan aksi nyata dengan aktif melakukan berbagai kegiatan pengenalan dan pendekatan dengan masyarakat maupun komunitas luar yang memiliki visi dan misi yang sama seperti Kayoman Pedawa, “Kayoman juga melakukan sosialisasi di pondok literasi yang diketuai oleh pak Wayan Sarjana sebagai penasihat. Beliau menghimpun anak-anak tingkat SD, SMP dan SMA untuk mengenang dan menunjukkan kepercayaan diri mereka terhadap desa ini,” ucapnya. Selain itu Putu Yuli juga menyampaikan bahwa Kayoman Pedawa selalu terbuka bagi siapapun yang ingin belajar dan ingin tahu lebih jauh tentang Kayoman Pedawa, baginya darisana sebuah relasi terbentuk.
Pergerakan tanpa kendala merupakan hal yang mustahil, begitu pula yang terjadi pada Kayoman Pedawa, diakui Putu Yuli beberapa tantangan yang dihadapi Kayoman dalam upaya pelestarian sumber mata air berkaitan dengan kepemilikan lahan. Desa Pedawa yang tidak memiliki lahan khusus milik desa diakui Yuli merupakan tantangan tersendiri sehingga penanaman dilakukan di lahan-lahan pribadi milik masyarakat yang seringkali ditebang oleh warga yang memiliki lahan. Akibatnya Putu Yuli mesti menyiasati kembali “Pertama kami mengasah dulu untuk mencari sumber mata airnya, terus kami meyakinkan pada warga agar kayu-kayu yang berada di lahan mereka tidak ditebang. Maka kami inisiatif selain tanaman jenis ficus, tanaman keras, dan tanaman yang ada manfaatnya kepada masyarakat. Contohnya tanaman bambu dan menebarkan biji-biji aren,” ucapnya.
Seiring berjalannya kegiatan, kini komunitas Kayoman Pedawa mendapat respon positif dari masyarakat Desa Pedawa dan hal tersebut disambut dengan tangan terbuka oleh Putu Yuli Supriandana, “Mereka mendukung program ini, bahkan mereka menghubungi saya maupun anggota lain yang telah tergabung bersama kami agar lahannya diberikan izin berapa meter untuk ditanami pohon beringin,” ucapnya kepada Tim Konvergensi Media Jelajah Jurnalistik. Saat ini Kayoman Pedawa telah merangkul 25 anggota yang berasal dari berbagai kalangan usia mulai dari SMP, SMA, mahasiswa maupun umum. “Siapapun anak-anak muda yang ingin menjadi anggota dapat membeli baju anggota,” ucap Putu Yuli Supriandana sembari menuturkan bahwa menjadi bagian dari Kayoman Pedawa tak sesulit yang dipikirkan oleh orang banyak.
Tak menuntut banyak hal, Putu Yuli Supriandana dengan rendah hati menyampaikan harapannya akan keberlangsungan Kayoman Pedawa kepada Tim Konvergensi Media Jelajah Jurnalistik, “Harapan kami hanya satu yaitu agar bersama-sama menjaga alam ini terutama pada sumber mata air karena kalau hanya Kayoman saja yang menjaga tanpa dukungan anak-anak muda diluar, dari Kayoman tidak akan begitu kuat, termasuk juga dukungan dari pemilik lahan yang mau mengorbankan tanahnya,” tutupnya di akhir wawancara.
Kayoman Pedawa yang telah berdiri sejak 6 Desember 2016 merupakan satu dari ribuan komunitas yang telah berani menunjukkan kepada semua orang bahwa manusia bisa mewujudkan rasa terima kasihnya kepada semesta dan bagaimana solusi akan tantangan alam tersebut dapat dimunculkan dari manusia itu sendiri jika mereka mau berusaha dan tidak menutup mata.
Penulis : Ayu dan Dayu
Penyunting : Mayda