Konsolidasi Kedua Belum Menemui Mufakat, Bagaimana Pemira Akan Diramu Tahun ini?

Konsolidasi lanjutan yang terlaksana di Ruang Bangsa Jimbaran (19/10) antara pihak KPRM, mahasiswa, dan rektorat guna menentukan sistem penyelanggaran pemira belum juga menemui titik mufakat.  Perbedaan pandangan antar pihak mahasiswa dan rektorat turut melempar pertanyaan ke publik, akan seperti apa jalannya Pemira nanti ? 

 

Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan menggelar pertemuan guna membahas mekanisme penyelenggaraan PEMIRA tahun 2023 bersama KPRM dan Ormawa yang bertempat di Ruang Bangsa, Jimbaran (19/10) lalu. Konsolidasi  tersebut  membahas mengenai pelaksanaan Pemira di Udayana. Salah satu agenda penting yang dibahas ialah mengenai mekanisme pelaksanaan Pemira yang sebelumnya juga sempat dibahas dalam Konsolidasi di tanggal 5 Oktober. Konsolidasi di tanggal 19 Oktober kemarin terbilang cukup alot dengan belum adanya keputusan sistem yang digunakan untuk pelaksanaan Pemira.  Pihak perwakilan penyelenggara Pemira dari tiap fakultas  dan juga pihak Rektorat memiliki pandangan yang berbeda mengenai mekanisme pelaksanaan Pemira. 

Saat itu, hanya dua fakultas yang mendukung wacana Pemira secara online sedangkan sebelas fakultas lainnya mendukung wacana offline dengan mempertimbangkan animo peserta Pemira untuk memilih akan lebih tinggi pasca pandemi serta memastikan berjalannya asas Luber Jurdil dalam Pemira. Senada, Ketua KPRM Unud, Arya Nata mengungkap mengenai pendapatnya terkait pemberlakuan sistem online pada PEMIRA,“ketika pemira online tidak bisa dipastikan apakah kawan-kawan mahasiswa pemilik akun tersebut yang memilih di imissu.”  Sebaliknya, perwakilan pihak Rektorat yang dihadiri oleh Wakil Rektor 3 yang saat ini juga menjabat sebagai PLT Rektor Unud, menginginkan pelaksanaan Pemira tetap diselenggarakan secara online untuk mencegah terjadinya kecurangan karena terkoneksi langsung dengan sistem web.  

Ada banyak pertimbangan yang disampaikan oleh Wakil Rektor 3 saat pelaksanaan konsolidasi waktu itu, yang pertama beliau menegaskan bahwa “kita adalah masyarakat akademis, kita adalah kaum intelektual. Saat ini semua mahasiswa sudah memiliki handphone (HP), semuanya pasti sudah melek IT (teknologi)”. Pertimbangan ini membuat statement bahwa dari pihak rektorat ingin pelaksanaan pemira dilakukan secara online saja.

“Kemudian yang kedua adalah juga efisiensi biaya, waktu, ruang, tenaga. Jadi nggak perlu banyak ruang yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Kemudian partisipasi, kita lihat primenya, kita lihat primenya ini semakin meningkat, tergantung dari KPRM bagaimana KPRM ini bisa menyosialisasikan, mensosialisasikan kepada teman-temannya agar mereka ikut berperan, berpartisipasi menentukan calon-calon pemimpin mereka,”  tegas Wakil Rektor 3  selaku pihak rektorat yang menghadiri Konsolidasi. 

Masih terdapatnya perbedaan dalam keinginan merancang sistem Pemira antara pihak mahasiswa selaku penyelenggara dan juga  pihak rektorat menyebabkan konsolidasi kemarin belum menemui  mufakat. Sehingga kembali melempar  pertanyaan ke publik, akan berjalan seperti apa Pemira nanti? 

Penulis : Santika, Ari

Penyunting : Wid

You May Also Like