Kuliah Daring : Berdamai dengan Kondisi

Telah setahun lebih pandemi Covid-19 melanda dunia. Sektor pendidikan hingga kini masih dilaksanakan secara daring. Bagi sebagian mahasiswa, utamanya mahasiswa baru, kuliah daring mengundang kekecewaan sebab hingga kini mereka belum merasakan kuliah tatap muka. Meski demikian, berdamai dengan kondisi adalah jalan utama yang ditempuh.

Sejak awal rangkaian penerimaan mahasiswa baru, mahasiswa angkatan 2020 tidak pernah merasakan kehidupan kampus luring dan hanya merasakannya secara virtual. Dimulai mulai dari PKKMB, Student Day, OSPEK Fakultas, OSPEK Program Studi, kegiatan belajar mengajar di kelas, hingga kegiatan kemahasiswaan lainnya. Beberapa mahasiswi program studi Sosiologi Universitas Udayana angkatan 2020 membagikan cerita mereka yang belum dapat menikmati pelaksanaan kuliah luring. Meski keinginan kuliah luring belum dapat terwujud, mereka kini berdamai dengan keadaan. Berbagai kendala kelas daring pun menjadi keseharian. Mulai dari kendala jaringan, data internet, perangkat, hingga kendala yang datang dari internal diri.

Hal ini dialami oleh Yunia Rahmatillah (18), seorang mahasiswi Sosiologi Unud angkatan 2020, dirinya sudah terbiasa dengan masalah-masalah teknis saat berlangsungnya kelas online dan sudah mengetahui langkah-langkah antisipasi. Yunia justru mengatakan bahwa masalah baru yang ia hadapi adalah masalah internal dalam dirinya seperti mudah bosan saat kelas online dan susahnya konsentrasi saat dosen menjelaskan materi. “Kalau dulu masalah utamanya sebagian besar karena teknis seperti kuota, jaringan, dan devicenya. Sekarang lebih ke sifat manusia, kebanyakan daring buat bosan dan susah konsentrasi. Belum lagi dosen yang salah paham sama kita dan teman yang susah diajak diskusi,” ujarnya saat diwawancara via Whatsapp (24/2). Komunikasi daring baginya cukup menghambat interaksi yang ingin dilakukan Yunia bersama teman kuliah maupun dosennya.

Di sisi lain, Sry Rahayu Sinaga (18) yang juga merupakan mahasiswi program studi Sosiologi angkatan 2020 mengungkapkan bahwa pembelajaran daring di semester genap ini cenderung lebih santai dalam menghadiri kelas daring. Hal ini merupakan bagian dari proses adaptasi terhadap suasana kuliah daring Sry. Dirinya mengakui kini bisa lebih santai dan tidak terlalu kaku karena telah memiliki gambaran bagaimana berjalannya kelas daring saat semester ganjil lalu. “Kalau semester 1 kemarin aku masih agak takut dan benar-benar on camera, pakai kemeja, mandi pagi, good attitude. Kalau sekarang sudah agak santai,” tuturnya. Meskipun demikian, sama halnya dengan Yunia, kebosanan kerap kali melanda Sry di pertengahan kelas. Sebab, interaksi yang serba visual dan audio sehingga menyebabkan suasana kelas yang monoton.

Satu lagi mahasiswi program studi Sosiologi angkatan 2020, Nada Nadhifah Hanni (20) yang berbagi kisah tentang pengalamannya menjalani pembelajaran daring ini. “Semester 1 lebih banyak bingungnya, kayak takut-takut sama dosen juga, gini gitu berasa baru deh. Kalo semester dua ini mulai paham dosennya, digebrak tugas banyak-banyak juga gak kaget, tidak beda jauh sih, tuturnya. Di samping masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran daring, dirinya menganggap kuliah daring memiliki nilai lebihnya seperti lebih praktis dan tidak perlu menyusuri jalanan saat ingin pergi ke kampus.

Polemik pembelajaran secara daring di lingkungan kampus memang kompleks, mulai dari masalah teknis sampai ke masalah internal pribadi mahasiswa itu sendiri. Lebih lanjut, hal ini dapat saja membuat mahasiswa memiliki tekanan batin yang disebabkan oleh tidak optimalnya proses pembelajaran yang dilakukan secara daring ini. Miskonsepsi dan kesalahpahaman yang sering terjadi juga menjadi polemik yang mengacaukan proses pembelajaran. Apalagi jika suasana lingkungan sekitar tempat tinggal para mahasiswa yang tidak mendukung proses pembelajaran, dapat menjadi masalah bagi mahasiswa untuk menyerap materi yang diberikan oleh dosen. Meskipun banyak polemik yang terjadi, berdamai dengan kondisi ialah jalan yang ditempuh agar dapat bertahan di tengah pandemi, seperti yang dilakukan Yunia, Sry, maupun Nada.

Penulis: Fitri

Penyunting: Yoshin

You May Also Like