Mau Lulus kok Repot!

“2.000.000?” begitu saya menyebutkan angka hasil kalkulasi biaya yang teman saya keluarkan. Lalu teman saya yang baru lulus ini menampiknya. “Aduh…lebih. Pokoknya biaya ini itu ini itu sampai legalisir ijazah pun bayar Rp 1.000,-“ dengusnya kesal. Wow!

Syarat Lulus Teman yang saya ceritakan ini baru saja lulus dari Universitas Udayana. Kita pakai inisial AW sajalah demi menjaganya dari hal-hal buruk yang kemungkinan akan terjadi. Untuk lulus saja dirinya mengaku harus merogoh kocek lumayan dalam. Rp 500.000 untuk yudisium , Rp 30.000 untuk biaya surat keterangan sedang tidak meminjam buku dari perpustakaan, Rp 800.000 untuk wisuda yang katanya kain toganya mirip kain spanduk, dan biaya lainnya. “Dan harus hati-hati. Sebab topinya (red toga) sepertinya dibuat dari kertas karton yang mudah dilipat-lipat,” begitu ia terus mengeluh.

Karena harus mengurus surat keterangan yang tidak ketulungan banyaknya, para pelaku pungutan liar di dalam kampus pun beraksi, memanfaatkan kesempatan. Bahkan untuk mengurus transkrip nilai yang merupakan kewajiban fakultas, mahasiswa yang hendak lulus ini dikenakan biaya Rp 10.000. Meski tak wajar tetapi jumlah uang yang diminta untuk orang yang akan meninggalkan fakultas, Rp 10.000 mungkin cukup wajar.

Bagaimana kalau, surat keterangan tidak meminjam buku dari segala jenis perpustakaan yang ada, bahkan surat keterangan dari Kopma (yang ini bener-bener tidak jelas peruntukannya) harus membayar pula dengan jumlah yang hampir setara dengan makan untuk tiga hari. “Kok Unud jadi penuh pungli sih?” tanyanya menginginkan jawaban dari saya. Tetapi saya tak kuasa menjawab.

Unud memang aneh. Mahasiswa disuruh untuk lulus cepat. Sudah lulus cepat, eh malah dibebani. Jika begini jadi malas lulus. “Pak Rektor, mau lulus kenapa repot sih?” Nah yang ini adalah pertanyaan saya. Semoga mendapat jawaban sebelum saya lulus dari Universitas ini, meski tak tahu juga kapan lulus. (otw)

You May Also Like