Pura Perjuangan: Simbol Gelora Perjuangan Warga Desa Sumberklampok

Suasana damai dan hangat gerak juang masyarakat begitu lekat terasa ketika menyambangi Desa Sumberklampok, Kabupaten Buleleng. Pura Perjuangan berdiri kokoh bagaikan saksi betapa gencarnya warga Desa Sumberklampok dalam pergulatan hak milik atas tanah yang selama ini menjadi sengketa.  Bukan hanya sebuah bangunan Pura, tetapi lebih besar dari itu. Ia adalah penyatu dan perekat keberagaman. 

 

Perjalanan menapaki Bali Utara bukan hanya tentang menyusuri hubungan antar manusia dengan lingkungannya, melainkan juga hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Dalam hal ini, masyarakat Hindu Bali kerap menyebutnya dengan Tri Hita Karana yang dapat diartikan sebagai tiga penyebab kebahagiaan. Inilah gambaran yang terjadi di Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. 

Desa yang berada di wilayah Barat dari Buleleng tersebut, bukan hanya mengisahkan tentang konflik agraria yang terjadi, tetapi juga melukiskan sejarah tonggak perjuangan masyarakat sebagai bentuk harmonisasi manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan. Pura yang terletak di Banjar Sumberbatok ini dituturkan oleh Kepala Desa Sumberklampok, Wayan Sawitra Yasa memiliki sejarah panjang hingga pada akhirnya diberikan nama “Pura Perjuangan”.

Bangunan Pura – Simbol perjuangan masyarakat Sumberklampok dalam pergulatan hak milik atas tanah yang selama ini menjadi sengketa

Bukan tanpa alasan, nama “Perjuangan” berawal dari lahan kosong di tahun 90 yang digunakan sebagai tempat untuk menyampaikan bentuk kekecewaan masyarakat terhadap persoalan sengketa lahan yang terjadi di desa mereka. Lahan yang disebutkan sebagai milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) memaksa masyarakat untuk melakukan demonstrasi serta blokade jalan selama dua hari. Berbagai macam spanduk penolakan terpasang di sekitaran area lahan kosong tersebut dan menjadikan nama awal dari pura tersebut yaitu “Pura Spanduk”.  “Kami memiliki inisiatif untuk mengubah nama pura tersebut. Terus rencananya, kami mau menyebut sebagai pura perjuangan karena memang kami berjuang untuk mendapatkan lahan,” ungkap Perbekel Desa Sumberklampok, Wayan Sawitra Yasa. 

Pura yang telah berdiri sejak tahun 1991 tersebut tidak hanya menyatukan semangat masyarakat, tetapi juga menyatukan berbagai perbedaan kelompok yang dimiliki. Pura perjuangan telah menjadi tempat bagi seluruh umat yang memperjuangkan lahan mereka. “Ada doa bersama, umat hindu dan muslim sembahyang bersama dengan cara masing-masing tiap tahun, 7 November,” jelas Kepala Dusun Desa Sumberklampok tatkala mengantar Tim Konvergensi Akademika ke Pura Perjuangan. 

Wawancara – Kepala Desa Sumberklampok memaparkan sejarah berdirinya Pura Perjuangan

Doa bersama di Pura Perjuangan dilakukan dengan tetap menghormati cara masing – masing, tokoh Hindu setempat mengundang pemangku, sedangkan tokoh Islam mengundang Kyai dari Jawa untuk mengadakan upacara mecaru dan potong kambing. “Itu sebagai tonggak perjuangan kita. Tidak hanya untuk umat Hindu, tetapi juga untuk umat Muslim. Ketika gubernur datang ada persembahyangan bersama, juga ketika ada pembagian sertifikat ada syukuran,” tutur Sawitra Yasa. 

Diakui oleh Kepala Dusun setempat, bahwa masyarakat di sana tidak pernah saling mempermasalahkan mengenai agama karena toleransi antar umat sangat  tinggi.  Ini nampak ketika acara syukuran yang digelar di Pura Perjuangan atas hasil selama 61 tahun untuk mendapatkan sertifikat hak milik. Acara tersebut digelar secara agama Hindu dan Islam, umat Hindu melaksanakan upacara persembahyangan dengan menghaturkan pura gembal, suci, dan guling. Sedangkan, umat muslim melaksanakan upacara syukuran dengan sholawat di lahan kosong sebelah Barat Bale Banjar Sumberbatok.  

Pura Perjuangan yang telah menyaksikan dan mendengarkan ribuan doa yang dipanjatkan oleh masyarakat Sumberklampok, kini berdiri tegak dengan bangunan yang telah mengalami revitalisasi. Tempat pemujaan berupa sanggah (tempat suci untuk memuliakan arwah suci para leluhur atau Tuhan -red) semipermanen juga telah beralih menjadi bangunan permanen dengan ornamen batu yang terukir indah di sisi kanan balai tempat warga berkumpul. Tak hanya itu, pembaharuan struktur maupun fasilitas di dalam pura juga terus dilakukan oleh masyarakat Sumberklampok. “Kalau untuk monumen ada. Ada monumen penandatanganan gubernur  penyerahan sertifikat secara massal kemarin di tahun 2021. Rencana pasti akan dibangun monumen disini,” pungkas kepala dusun setempat.   

Semangat juang dan harmonisasi keberagaman tercipta jelas dalam setiap sudut dari Pura Perjuangan yang masih berdiri kokoh di tengah – tengah Desa Sumberklampok. Suatu kebiasaan yang membentuk budaya telah menjadi tradisi yang turun – temurun dilakukan oleh masyarakat dan telah terpatri dalam setiap langkah dan helaan nafas masyarakat untuk selalu berjuang di tanah dan berpasrah ke langit. 

 

Reporter: Ayu, Chintya, Deklan, Iyan, Kamala, Manogar, Zaka

Penulis: Ayu, Dayu

Penyunting: Kamala, Suri

You May Also Like