Mengabdi pada Masyarakat dengan Penelitian

Tidak banyak mahasiswa yang menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui pencerahan ilmu pengetahuan. Namun, Bimo Dwi Nur Romadhon Sukadi melakukannya. Ia rutin melakukan penelitian dan mempublikasinnya pada kanal publikasi jurnal. Permulaannya terbilang unik. Berawal dari keinginan Bimo agar namanya muncul di mesin pencarian jagat maya.

Bimo Dwi Nur Romadhon Sukadi atau akrab disapa Bimo ialah salah satu mahasiswa Universitas Udayana yang memiliki ketertarikan terhadap dunia menulis khususnya pada bidang publikasi artikel dan jurnal ilmiah. Awal ketertarikannya pun terbilang unik, dari hal sederhana hanya ingin namanya ada ketika di cari pada mesin pencari google. “Awalnya lihat pamflet LAN (Lembaga Administrasi Negara) yang buka call paper, terus penasaran apa sih call paper ini? Setelah dicari ternyata jurnal itu ada tingkatannya dan nama kita bisa ada kalau di search di google, ini sih awal ketertarikannya, aku pengen namaku ada kalau di search di google,” terang Bimo saat diwawancarai via Whatsapp.

Mahasiswa program studi adminitstrasi publik tersebut sejak SMA memang memiliki ketertarikan terhadap dunia literasi, saat mengenyam pendidikan di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor di Ponorogo, Jawa Tengah. Pria ini terbukti aktif mengikuti organisasi dan sempat menjadi asisten perpustakaan. Setiap minggunya ia selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan literasi, seperti debat, menulis, membuat kliping, mading dan kegiatan lainnya. Ketertarikannya pada bidang kepenulisan dan literasi pun secara tidak langsung muncul dalam dirinya. Di sisi lain, bagi Bimo yang merupakan mantan staf Kementrian Dalam Negeri BEM PM Universitas Udayana ini, ketertarikannya menulis jurnal juga lahir dari kebiasaannya yang senang mencoba hal baru.

Di tengah menekuni ketertarikannya pada bidang kepenulisan jurnal, pria yang memiliki mimpi untuk menjadi akademisi dan public policy maker ini melihat berbagai keuntungan dalam kegiatan menulis jurnalnya selama ini. Misalnya, melatih kepekaan terhadap isu-isu yang berkembang dalam masyarakat, melatih ketekunan bagi yang ingin menjadi akademisi atau ingin bekerja pada bidang riset dan pengembangan, hingga memanfaatkan peluang tugas-tugas yang awalnya hanya disimpan dalam komputer kini dapat dipublikasikan. “Daripada tugas-tugas kita, utamanya di FISIP ya, karena bentuk tugasnya lebih ke studi kasus, kenapa tugas itu kita simpan dalam komputer mending dipublikasikan,” tutur Bimo saat ditanya keuntungan yang didapat dalam menulis jurnal.

Tentunya, proses kepenulisan jurnal tidaklah mudah. Kerap kali Bimo mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan jurnal yang digarapnya, menurutnya, niat dan tim sangat mempengaruhi keberhasilan dalam membuat jurnal. Bimo berbagi kisahnya saat ia menulis jurnal bersama timnya. Salah satu rekannya hampir menyerah akibat tantangan yang harus dihadapai dalam peroses pembuatan jurnal sebelum dipublikasikan. Ia mengangap, dalam pembuatan jurnal, cukup memiliki tahapan kompleks yang harus dilewati, selain harus merumuskan permasalahan dan melakukan penelitian, setelahnya masih harus ditinjau ulang terlebih dahulu sebelum akhirnya dipublikasikan. “Sempat salah satu temanku hampir nyerah untuk nyelesaiin jurnalnya, karena dari hasil review hampir sebagian besar kita harus ganti,” cerita Bimo. Dari hal itu Bimo menyarankan ketika berkeinginan menulis Jurnal ataupun artikel ilmiah, ketekunan dalam proses pembuatan jurnnal sangatlah sentral, di sisi lain komposisi tim juga sebaiknya mempertimbangkan orang-orang yang sepemikiran agar meminimalisir selisih pendapat maupun pandangan.

Sejak memulai terjun dalam dunia tulis-menulis jurnal, Bimo yang kini sedang menempuh pendidikan di semester 6 ini sudah menghasilkan beberapa karya, diantaranya dua jurnal nasional yaitu SINTA 2 dan SINTA 3, dan dua prosiding yang terdiri dari satu prosiding internasional dan satu prosiding nasional. Perlu diketahui, terdapat perbedaan jurnal dengan prosidning. Prosiding merupakan karya yang dibuat sebelum dipublikasi dan masih harus melewati seminar nasional terlebih dahulu. Karya yang dihasilkan dari mengikuti seminar nasional inilah yang dinamakan prosiding.

Bimo melanjutkan, ketekunannya dalam bidang kepenulisan jurnal memancing rasa penasaran para dosen pengajarnya. “Ngapain sih Bim kamu nulis kayak gini, kamu mau jadi dosen ya? Tidak bu, saya penasaran saja” ucap Bimo menirukan percakapannya kala itu. Mahasiswa yang memiliki ketertarikan pada isu lingkungan ini juga menjelaskan jikalau kampusnya, terkhusus fakultasnya, untuk penulisan jurnal masih belum terlalu menjadi perhatian. Sebab, hal ini berdasarkan penjelasan dosen pengajarnya, untuk kepenulisan jurnal sebenarnya bukan menjadi ranah setingkat sarjana. Umumnya, dalam menulis jurnal, kebanyakan diperuntukkan bagi pascasarjana, padahal bagi Bimo kebiasaa menulis jurnal ini sangat penting dalam dunia perkuliahan dan semestinya harus dikenalkan dan dikembangkan.

Terakhir, pria kelahiran Kediri, Tabanan, ini dipenuhi dengan aktivitas profuktif dalam kesehariannya. Selain aktif menulis jurnal, Bimo juga turut terjun di berbagai organisasi intra maupun ekstra kampus. Bimo juga kerap mengikuti perlombaan dan berkecimpung dalam kegiatan sosial. Ia menyadari, jika semakin banyak kegiatan yang diikuti, maka kesiapan akan kosekuensinya juga harus dipikirkan, seperti akan kekurangan waktu di tengah tugas kuliah yang wajib menjadi prioritas, dan tentunya kian menguras tenaga. Sehingga pengaturan waktu haruslah seimbang. Bimo bahkan membagi kapan waktu untuk fokus pada kegiatan, apresiasi untuk diri sendiri, hingga waktu bersama keluarga. “Bawasanya, menjadi mahasiswa itu adalah satu hal yang seru, banyak ruang-ruang yang diberikan oleh negara, oleh universitas, oleh lembaga untuk mengembakan diri, dan semua itu dapat kita nikamati dengan gratis, tingal niat dan kemauan kita untuk mencari pintu-pintu kesempatan yang ada.” Tutup Bimo memetik pelajaran atas rutinitas menulis jurnal yang sering ia lakukan akhir-akhir ini.

Penulis: Doni Kurniawan

Penyunting: Galuh Sriwedari

 

 

You May Also Like