I Kadek Surya Ade Wirawan: Mengolah Rasa dan Karsa melalui Tarian

Gencarnya gempuran globalisasi dikhawatirkan kian mengikis eksistensi kesenian daerah. Inisiatif anak muda dalam menekuni kesenian daerah, khususnya tari tradisional amat penting untuk digalakkan sebagai upaya pelestarian kearifan lokal. Begitulah I Kadek Surya Ade Wirawan yang kemudian memilih untuk menyelami seni tari Bali sebagai media dalam mengolah tubuh, rasa dan karsanya.

I Kadek Surya Ade Wirawan – Tari Bali sebagai Media Mengolah Tubuh, Rasa, dan Karsanya.

Pemuda yang karib disapa Ade ini telah menyalurkan minat dan bakatnya di bidang seni tari sejak ia masih menempuh pendidikan di taman kanak-kanak. Salutnya, Ade tetap persisten dalam mengasah kemampuan menarinya hingga saat ini. Sembari menjalani kesibukannya sebagai seorang mahasiswa Ekonomi Pembangunan di Universitas Udayana, Ade tetap meluangkan waktunya untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan dirinya. Selain berlatih secara mandiri, pemuda kelahiran 7 April 2003 ini pun bergabung ke sanggar tari serta komunitas Swara Satya Sedana yang merupakan komunitas kesenian tradisional Bali yang ada di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

Pemuda asal Gianyar ini mengungkapkan alasannya menggiati seni tari Bali. “Memilih seni tari bagi saya tidak saja hanya tampil, namun bagaimana seni mengolah tubuh, rasa dan berbaur dengan orang banyak serta melestarikan warisan seni dan budaya,” tuturnya. Selain berlatih, Ade juga beberapa kali mengikuti ajang perlombaan tari tradisional. Adapun salah satu momen ajang kompetisi yang paling berkesan baginya ialah saat Ade mengikuti lomba Tari Oleg Tamulilingan pada awal tahun 2022 ini. Tak sebatas euforia dalam menapaki podium juara, namun Ade justru menyebutkan bahwa pencapaian terbesar baginya ialah ketika seni tari dapat menghubungkannya dengan para seniman yang dapat menambah pengetahuannya akan dunia seni tari itu sendiri.

Tak selalu terkecap manis, Ade pun mengakui bahwa selama bergelut di dunia seni tari ada kalanya ia merasa jenuh dan bosan. “Mungkin lebih ke arah jenuh ya, tapi saya  antisipasi dengan selalu update mengenai seni dan kegiatan lomba-lomba,” ujarnya. Ia juga mengimbau generasi muda di Bali agar tak terbawa arus modernisasi hingga berangsur-angsur melupakan kesenian tradisional. Menurutnya, banyak upaya yang dapat dilakukan oleh generasi muda, salah satunya ialah dengan  mengkombinasikan budaya asing dan budaya lokal untuk melahirkan kreasi baru berupa tari kontemporer tanpa menanggalkan nilai-nilai kearifan lokal Bali. “Harapan saya, semoga kedepannya dunia seni dapat lebih diperhatikan dan pemerintah dapat melakukan revitalisasi seni, seperti memperbanyak adanya pelatihan hingga pertunjukan seni seperti  PKB (Pesta Kesenian Bali),” tutupnya.

Penulis : Aprilia

Penyunting : Juniari

You May Also Like