Langit Dan Bumi Sahabat Kami, Belajar Mensyukuri Segala Sesuatu

Judul Buku    : Langit Dan Bumi Sahabat Kami

Penulis        : Nh. Dini
Penerbit    : PT.Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit     : cetakan kedelapan, September 2009

“Kukatakan : ini tanah kita, orang lain tak usah ikut campur! Tapi kulihat mereka mengangkat senjata, lalu menggempur. Berikan segala tanah, semua punya kami! Yang menang pun mengibarkan panji-panji”.

Rangkaian kata yang dikutip dari buku “kusaksikan manusia” dalam surat Cinta Enday Rasidin, karya Ajip Rosidi itu menjadi pengantar dalam buku ini. Buku ini merupkan cerita kenangan masa kecil Nh.Dini ketika ia tumbuh di tengah penjajahan. Ia harus hidup mederita bersama seluruh rakyat diseluruh pelosok negeri ini.
Ketika jepang mengambil alih pendudukan, mereka berlaku semena-mena mengambil barang-barang penduduk. Pada saat itu juga sangat sulit mendapatkan bahan makanan sehingga ia dan keluarganya bahkan seluruh rakyat yang tinggal di kota utamanya, harus makan-makanan seadanya bahkan yang tidak layak untuk dimakan sekalipun. Nh.Dini  harus berhenti sekolah.  Hingga suatu ketika kedudukan jepang diambilalih oleh Belanda. Belanda mencoba mengambil hati rakyat, jalan-jalan perbatasan kembali di buka. Petani-petani desa dapat menjual hasil bumi ke kota, perekonomian kembali hidup dan kemakmuran telah kembali. Ia kembali bisa bersekolah, tetapi ayahnya lebih memilih tidak bekerja di kantor pemerintahan karena menolak bekerjasama dengan pemerintah Belanda.  Hingga suatu ketika NICA mendatangi rumah-rumah penduduk untuk menangkap orang pribumi yang dianggap pemberontak. Ayah Nh.Dini salah satunya, tetapi beberapa hari kemudian dibebaskan kembali. Pada masa ini wanita-wanita yang menjanda akibat suaminya dipenjara harus menafkahi dirinya masing-masing dan bagi yang tidak memiliki keterampilan mereka akan menjadi pelacur. Hingga kemudian terjadi perundingan-perundingan antarbangsa sedunia bersamaan dengan itu truk-truk berisi serdadu Belanda beriringan keluar kota dan orang-orang telah kembali dari pengungsian, termasuk Mariyam dan Heratih yang begitu dirindu-rindukan.
Walaupun buku ini menceritakan tentang sejarah tetapi penuturan bahasanya tidak rumit, sehingga isi buku ini mudah dipahami. Tetapi buku ini tidak mencantumkan waktu terjadinya peristiwa-periatiwa penting seperti saat pendudukan Jepang ataupun ketika Belanda mengambil alih kedudukan Jepang, sehingga pembaca yang tidak hafal tahun-tahun bersejarah tersebut hanya akan bisa menerawang saja.
“ Sabar dan dermawanlah seperti bumi, dia kauinjak, kauludahi, namun tak hentinya memberi makanan dan minuman” sebuah pesan morl dalam buku ini yang seharusnya dapat membuat orang-orang terus bersyukur dan tetap bisa bertahan di tengah sulitnya hidup.

(happy arisanthi)

You May Also Like