Seruan Aksi Hardiknas : Upaya Reformasi Udayana

Serukan aksi cuci almamater sebagai simbol ‘pembersihan’ Udayana dan Perguruan tinggi, BEM PM Unud memperingati Hari Pendidikan Nasional dengan cara yang berbeda. Diikuti oleh beberapa mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Udayana, seruan aksi yang disertai dengan screening dan diskusi film berlangsung kondusif.

 

Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei 2023, BEM PM Udayana mengadakan Seruan Aksi yang bertempat di depan Gedung Rektorat, Kampus Jimbaran Universitas Udayana. Massa aksi yang terdiri dari mahasiswa Universitas Udayana kompak mengenakan pakaian hitam serta membawa jas almamater. Sekitar pukul 16.00 WITA, seruan aksi dimulai dengan pengumpulan massa beserta pemasangan banner-banner aksi, dilanjutkan dengan aksi simbolik cuci almamater dan ditutup dengan screening beserta diskusi film. 

Tidak hanya untuk memperingati Hardiknas, BEM PM Udayana menggunakan momentum ini untuk melakukan diskusi dan berdialog mengenai pendidikan yang telah dikomersialisasikan, yang mana masalah utama terdapat pada ditetapkannya Rektor sebagai tersangka serta permasalahan lainnya. Menjadi agenda utama terkait penetapan Rektor sebagai tersangka, Aksi cuci almamater yang dilangsungkan saat itu menjadi simbol bahwa birokrasi Universitas Udayana sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Universitas Udayana perlu melakukan pembenahan dan penanganan baik di bidang finansial, administrasi, dan akademis.

Selain cuci-mencuci almet, aksi ini juga diwarnai dengan pembacaan puisi, orasi serta nyanyi-nyanyian dari mahasiswa peserta aksi sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Kegiatan berlangsung secara kondusif dengan pengawasan dari pihak keamanan Rektorat. Berdasarkan wawancara dengan Bagus Padmanegara selaku Presiden Mahasiswa BEM PM Unud, pihak Rektorat belum memberikan tanggapan secara resmi terhadap aksi tersebut. “Mungkin kalo tanggapan secara resmi belum ada, tapi karena tadi para aksi ini berkumpul dengan para (perwakilan) Fakultas dan WR 3, jadi beliau mengatakan bahwasanya silahkan yang penting tertib dan tidak anarkis.” Pungkas Padma (2/5)

Screening dan diskusi film menjadi agenda terakhir dalam seruan aksi yang usai pukul 19.30 WITA itu. Diharapkan, melalui screening dan diskusi film ini, dapat memantik dan menghidupkan kembali kebiasaan berkumpul dan berdiskusi secara kolektif khususnya di kalangan Mahasiswa. ‘NKRI Harga Naik’ sebagai film yang dipilih untuk ditampilkan dalam screening kala itu merupakan sarana penyampaian bagaimana pendidikan di Indonesia yang saat ini serba terkomersialisasi. Bersamaan dengan perayaan Hardiknas, aksi screening dan diskusi film ini dapat dijadikan sebagai momentum nasional untuk saling menyadarkan bahwa pendidikan secara nasional sedang bermasalah.

Padma menyampaikan harapan dari adanya seruan aksi ini adalah adanya Reformasi Udayana dan reformasi pendidikan tinggi. Selaras dengan Padma, Richie mahasiswa Fmipa angkatan 2020 yang mengikuti seruan aksi ini pun menyampaikan, “Outputnya tentu peningkatan kesadaran kawan-kawan mengenai adanya komersialisasi pendidikan, privatisasi pendidikan, liberalisasi pendidikan dimana itu yang menjadi dasar, itulah permasalahan utamanya dimana adanya munculnya tersangka rektor maupun permasalahan-permasalahan lain,” tuturnya.

 

 

Penulis : Ika, Ayu Santika, Fanny

Penyunting : Ariendra

You May Also Like